Wanita Dibalik Industri Mebel

By nova.id, Senin, 22 Agustus 2011 | 07:50 WIB
Wanita Dibalik Industri Mebel (nova.id)

Wanita Dibalik Industri Mebel (nova.id)

"Foto: Henry "

Sudah lama Jepara (Jateng) terkenal sebagai sentral kerajinan mebel dengan ukiran kayu yang sarat keindahan. Kebanyakan perajin ukir memang didominasi kaum pria, namun bukan berarti kaum wanita tidak terlibat.

"Hampir semua  kerajinan ukir di Jepara melibatkan kaum wanita.  Mereka memang tidak menjadi tenaga ukir, tapi lebih ke finishing yaitu mengampelas atau menghaluskan kayu," ujar Sulton, salah satu perajin di Jepara.

 Sulton menjelaskan, di Jepara memiliki beragam industri kayu. Misalnya saja mebel, patung, relief, dan sebagainya. "Semuanya melibatkan kaum wanita. Proses awal industri kayu, semua dikerjakan tenaga pria. Mereka mengukir, membentuk mebel, sampai menjadi barang jadi.  Berikutnya proses penghalusan. Usai dihaluskan baru diplitur," lanjutnya. 

Ungkapan Sulton memang betul. Suatu hari ketika berkesempatan mengunjungi salah satu sentral kerajinan ukir, tampak pemandangan menarik di sebuah bengkel kerja. Kaum pria tekun membuat ukir, sedangkan pekerja wanita sibuk mengampelas.

 Salah satu karyawati yang tengah tekun bekerja itu bernama Nurhayati (40). Nur, sapaan akrabnya, bekerja di sebuah usaha mebel tak jauh dari alun-alun Jepara. Nur mengaku berasal dari Bangsri, salah satu kecamatan di Jepara.  "Saya sudah tujuh tahun bekerja sebagai pengampelas. Tiap pagi saya berangkat ke tempat kerja dengan angkot," ujar Nur  seraya mengatakan, tempat tinggalnya bukan termasuk sentral kawasan kerajinan.

 Nur mengatakan, banyak kaum wanita desanya menjadi karyawan lepas industri kerajinan mebel. "Lumayan untuk tambahan penghasilan," kata Nur yang dibayar Rp 15 ribu- Rp 20 ribu per hari. Jumlah honor tergantung tingkat kesulitan.

 Dikatakan Nur, ia memang mengampelas beragam produk. Ada kalanya permukaan kayu polos, terkadang kayu itu penuh ukiran. Tentu saja, "Jauh lebih gampang mengampelas bahan polos. Untuk kayu berukir lebih sulit, apalagi yang ukirannya rumit. "Untuk menjadi pengampelas ada tahapnya, lho. Dulu, waktu awal bekerja, saya lebih dulu menggarap kayu polos. Lama-lama sudah pintar, meningkat ke bahan ukir," tutur Nur yang mulai bekerja jam 08.00 - 16.00.

 Nur mengaku tak sulit  menjadi tenaga pengampelas. "Yang penting tekun," katanya. Nur pun mengaku akan tetap bergiat menjadi bagian kerajinan ini. "Habis mau kerja apa lagi. Lumayan untuk tambahan penghasilan.

Henry