Ade D' Kross, Bapaknya Aremania

By nova.id, Selasa, 16 Agustus 2011 | 00:45 WIB
Ade D Kross Bapaknya Aremania (nova.id)

Ade D Kross Bapaknya Aremania (nova.id)

"Foto: Gandhi "

Bicara soal komunitas arek Malang atau dikenal dengan sebutan Aremania, tak akan bisa lepas dari nama Ade Herawanto (43) alias Ade D' Kross. Ayah dua anak ini bisa dikatakan sebagai orang yang dituakan di komunitas itu. Tak hanya di Jawa Timur, tapi juga di kota lain, termasuk Kalimantan Timur yang baru saja ia sambangi ketika meresmikan Aremania yang ada di berbagai kawasan di sana.

Ada cerita unik seputar Aremania ini. Ketika ia menjalankan ibadah umrah beberapa tahun silam, entah siapa yang memberi kabar, setiba di Mekkah ia disambut Aremania yang jadi TKI di Arab Saudi. "Saya sampai terharu, ternyata nama saya dikenal mereka," katanya.

Tak berlebihan bila Ade begitu populer, sebab hampir seluruh hidupnya ia curahkan untuk Aremania. "Tak hanya mengurusi yang enaknya saja, ketika ada yang tawuran antar-supporter, saya yang pertama kali dihubungi untuk menyelesaikan," katanya tertawa.

Pria ini lalu bercerita, sebelum berdinas di Departemen Pekerjaan Umum Kodya Malang, sempat beberapa tahun menggelandang di Jakarta. Lalu oleh ayahnya diminta kembali ke Malang dan menata Aremania. "Bapak bilang, lebih baik di Malang dan berbuat hal positif daripada di Jakarta," kenangnya.

Kembali ke Malang dan jadi PNS, itulah obsesinya untuk bisa mendekati para Aremania. Ia berusaha masuk ke komunitas itu melalui berbagai lini, bahkan mendirikan band D' Kross, studio rekaman D' Kross, hingga sasana tinju D' Kross Boxing Camp. Termasuk mengurusi anak jalanan, pesilat Cimande, dan komunitas para pengamen.

"Saya sengaja masuk ke dunia musik, sebab Malang dulu merupakan barometernya musik rock Indonesia. Begitu pula tinju, Malang, kan, gudangnya bibit petinju hebat," papar Ade.

Namun, karena terlalu memikirkan Aremania, sang istri Rr. Andayun Sri Apriana, serta dua anaknya Andrawina Aisyah Dewanti dan Ega M Dewanto, protes. "Ya, maklumlah konsentrasi saya ke Aremania terlalu berlebihan. Tapi, mereka mau memahami setelah saya beri pengertian."

 Gandhi