Ainy Fauziyah: Sukses Berawal Dari Keberanian

By nova.id, Kamis, 28 Juli 2011 | 05:20 WIB
Ainy Fauziyah Sukses Berawal Dari Keberanian (nova.id)

Ainy Fauziyah Sukses Berawal Dari Keberanian (nova.id)

"Ainy Fauziah (Foto: Okki) "

Berbekal keikhlasan, Ainy Fauziyah, turun langsung ke sebuah Rumah Dhuafa Indonesia untuk merangkul belasan anak dhuafa demi meraih kehidupan lebih baik. Menanamkan keberanian serta membantu para anak dhuafa mencapai cita-cita menjadi tema utama dalam program Leadership Motivation kali ini.  Bercanda, menyapa, dan memberi motivasi kepada 15 anak dhuafa yang tinggal di Rumah Dhuafa Indonesia dilakukan oleh motivator Ainy Fauziyah. Tepat pada pukul 10.00 berlokasi di Rumah Dhuafa Indonesia, Jl. Tangkuban Perahu Blok A-73, Perum Mas Naga Jaka Sampurna, Bekasi, Kamis (28/7) pagi, sambil menunggu persiapan dimulai, Ainy membagikan 15 buku bacaan kepada anak-anak yang berada di Rumah Dhuafa. Namun, bukan dengan cuma-cuma buku-buku itu dibagikan. Ainy memancing seluruh anak untuk maju dan menceritakan cita-cita mereka. "Siapa yang mau buku, tunjuk tangan, maju ke depan dan cerita soal cita-cita kalian," kata Ainy semangat memulai kegiatan sosialnya.  Berlatih untuk menjadi orang yang berani, itulah yang berkali-kali dikatakan oleh wanita yang terpilih sebagai satu diantara 100 Wanita Inspiratif versi Tupperware SHE CAN itu. "Bunda berasal dari keluarga miskin dan sederhana. Ayah Bunda adalah petani dan ibu Bunda adalah seorang penjahit. Setiap kecil Bunda lihat pesawat pasti lari. Bunda suka berkhayal naik di atas pesawat, dan sekolah di luar negeri, tak peduli bisa atau tidak. Akhirnya Bunda bisa ke luar negeri melalui beasiswa," kata Ainy mulai menanamkan motivasinya. "Bunda bukan orang pintar tapi berani. Setiap orang yang berani pasti akan sukses. Di Indonesia banyak orang pintar, tapi tidak berani," kata Ainy seolah membakar semangat murid-murid ciliknya.  Saat memulai, Ainy memperlihatkan sebuah layar komputer bertuliskan 'Cita-cita'. Rupanya, dari situlah Ainy ingin menanamkan semangat kepada 15 anak dhuafa yang menjadi muridnya hari itu. Ke-15 anak-anak dibagikan sehelai kertas kosong dengan sebuah pinsil. "Hari ini kita akan bahas soal cita-cita. Kalau mau jadi orang sukses, coba tulis kata 'berani' di atas kertas dan gambar sesuatu sesuai khayalan kalian," tantang Ainy ramah. Ainy menyajikan beberapa nilai-nilai kemanusiaan untuk menjadi orang sukses. "Apa kesulitan kalian? Apa yang akan kalian perbuat untuk mengatasi kesulitan?" tanya Ainy kepada anak-anak muridnya. "Jangan lupa tanggaung jawab dengan setiap yang dikerjakan," ucap Ainy.  Usai memberikan kelas singkatnya yang berlangsung sekitar dua jam, Ainy berbagi pengalaman luar biasanya kepada tabloidnova.com. "Kalau untuk kegiatan bersama anak-anak ini baru sekarang. Ini pengalaman luar biasa banget karena selama ini saya memotivasi orang dewasa," kata wanita yang menamatkan S2 Master of Urban Management di Canberra University, Australia itu. "Semalaman saya berpikir apa yang akan saya berikan ke anak-anak disini. Saya berusaha menyelami mereka. Next saya akan tetap mendekati anak-anak tak mampu untuk menumbuhkan calon pemimpin. Ini permulaan sangat berharga. Metode seperti ini belum banyak, biasanya one way dan anak-anak terpojokkan," kata Ainy.  Pijakan kaki pertama Ainy di Rumah Dhuafa Indonesia, diharapkannya bisa berlangsung seterusnya. Ia berharap banyak dermawan-dermawan lain yang bisa mengikuti jejaknya. Kata Ainy, tak melulu bantuan materi yang diutamakan, kehadiran, tenaga, serta perhatian akan lebih berharga saat kita berhadapan dengan mereka.

"Saya punya mimpi besar di Jakarta banyak anak enggak mampu. Enggak harus di rumah duafa. Saya ingin mendorong anak-anak sedini mungkin harus apa. Saya ingin ada iklan untuk mendorong kegiatan seperti ini. Enggak mungkin saya melakukan kegiatan begini terus menerus sendiri," kata Ainy. "Saya semakin ingin mengajak orang yang punya kantong untuk ayo jalankan, segala sesuatu kan enggak dalam bentuk uang, bisa dalam bentuk apa saja," tambah Ainy.  Memiliki tekad bulat untuk mendukung sesama, sayangnya jalan yang ditempuh Ainy ini tak banyak mendapatkan dukungan dari instansi pemerintah. Selain akibat birokrasi yang ruwet, Ainy memilih untuk bekerjasama dengan pihak swasta saja. "Kalau pemerintah belum coba karena sulitnya birokrasi. Jujur saya lebih suka menggandeng pihak swasta ya, atau lewat iklan. Tapi iklan bukan untuk saya tapi untuk anak-anak. Harapannya dengan seperti ini orang-orang yang punya kantong dhuafa bisa melakukan hal serupa atau orang-orang di luar jakarta bisa melakukan hal serupa. Kita bisa membantu sesuai kemampuan," kata Ainy penuh harap. Okki