Rarasati, Sakitnya Ditolak

By nova.id, Jumat, 8 Juli 2011 | 21:57 WIB
Rarasati Sakitnya Ditolak (nova.id)

Rarasati Sakitnya Ditolak (nova.id)

"Foto: Siswanto/Dok NOVA "

Nasib seseorang tak akan berubah bila dirinya sendiri tak mau mengubahnya. Inilah pelajaran yang perlu dipetik dari seorang Rarasati (19), Puteri Citra 2009 tingkat Provinsi DIY. Kendati dilahirkan sebagai anak tunggal dari keluarga berkecukupan, pasangan Drs.Aloy Sugeng Siswowinoto dan MM.Utami, Spd., ia tak mau ongkang kaki. Ia justru mengasah jiwa wirausahanya.

Awalnya, di musim libur sekolah selepas dari SMU Steladuce I, Kotabaru, Raras mengisi waktu dengan mengembangkan usaha yang digeluti orangtuanya, yakni katering, decorating, even organizer, dan rumah joglo untuk pernikahan. "Saya rajin bikin proposal mengajak kerjasama pengelola gedung pertemuan dan sejumlah vendor. Biasanya saya "gatal" bila melihat ada hajatan. Penginnya langsung saya datangi dan memasarkan produk," terangnya sambil tertawa.

Tak selamanya kecantikan, keterampilannya berbicara, serta penguasaan produk menjadi jaminan upayanya berhasil. "Ada saja yang menolak. Diberi brosur saja emoh. Rasanya sakit sekali," tambahnya seraya tersenyum. Namun, bukan berarti Raras belum pernah menuai hasil manisnya. Tanpa dirasa, kliennya makin bertambah, dan pendopo rumahnya "laku dijual" untuk aneka kegiatan seperti acara pernikahan, demo produk, gathering, latihan seni karawitan dan campursari mahasiswa ISI, Jogja.

Menerima gajikah Raras dari orangtuanya? "Saya tidak minta digaji rutin per bulan. Toh, uang yang masuk ke orangtua, kan, akhirnya buat saya juga. Saya cuma minta disediakan saja ketika sedang membutuhkan."

Rini