Kisah Para Desainer Tas Jinjingan Cantik dari Negeri Sendiri (2)

By nova.id, Kamis, 7 Juli 2011 | 03:01 WIB
Kisah Para Desainer Tas Jinjingan Cantik dari Negeri Sendiri 2 (nova.id)

Kisah Para Desainer Tas Jinjingan Cantik dari Negeri Sendiri 2 (nova.id)

"Foto: Ahmad Fadilah "

Janeville Cerita Di Balik Sebuah Tas

Berangkat dari rasa tak puas dengan usaha suvenir dan merchandise yang sudah lama digeluti, Intania KT Bakrie (29) memutuskan membuka jenis usaha baru, memproduksi tas wanita. Usaha yang dimulai sejak 2006 ini dipilihnya karena ia memang amat menyukai suka tas.

"Jujur saja, di tahun itu tas perempuan produksi lokal belum terlalu banyak yang targetnya buat anak-anak muda. Kalau mau gaya, kebanyakan harus beli tas-tas merek dari luar negeri," paparnya.

Maka dari itu, bersama tim kerjanya yang masih keluarga sendiri, Intania mulai merumuskan beberapa model tas untuk wanita dengan target usia 15-35 tahun. Aneka model mulai dari tas kasual, tas traveling hingga taskerja dibuat dengan berbagai bahan seperti kanvas, kulit, nilon dan masih banyak lagi. "Saya pikir, orang pasti akan suka karena desain tas kami lebih modern dari tas lokal lain, tapi kami bisa menjualnya dengan harga yang sesuai," ungkapnya penuh percaya diri.

Tak meleset dari perkiraannya, produksi tas yang kemudian diberi merek Janeville ini mendapat sambutan pasar yang lumayan bagus. Hingga kini, tas produksi Intan bisa laku di atas 50 buah per bulan. Demi kepuasan konsumen, Intan bersama dengan 12 orang di timnya terus memproduksi koleksi tas-tas baru di setiap pergantian musim (sekitar 4 kali dalam setahun).

Sekali produksi, Intan bisa menghasilkan sekitar 150 buah tas. Kisaran harganya pun sangat terjangkau, mulai dari Rp 185 ribu (passport holder berbahan kulit) hingga Rp 2,5 juta (tas tote kulit berselempang). Tak hanya puas dengan penjualan secararetail saja, Janeville juga dipasarkan via online di www.janevillebags.com dan www.ratimaya.com. Terbukti, langkah ini lumayan mendongkrak penjualan. Untuk menghemat biaya produksi, Intan memboyong tiga perajin tasnya ke Jakarta. "Kalau semua dikerjakan di Jakarta, bisa menghemat ongkos, terutama jika ada penyesuaian desain atau perubahan model," ungkap Intan beralasan.

Sekali produksi, tim Janeville bisa menghabiskan waktu hingga sebulan lamanya. "Desain biasanya cepat dibuatnya, bisa seminggu. Tapi yang bikin lama itu soal pemilihan bahan atau fabric hunting, bisa memakan waktu satu bulan," ungkapnya. Keistimewaan lain yang jadi ciri khas Janeville, pelapis bagian dalam tas terbuat dari bahan katun. Dan, setiap kali produksi sebuah model selalu ada cerita yang melatari model tas itu.

"Salah satunya, ketika kami memproduksi Kimi diaper bag, setelah saya melahirkan. Saat itu, menurut saya diaper bag yang ada di pasaran kurang memperhatikan kebutuhan soal gaya. Jadilah kami memproduksi diaper bag yang lumayan bergaya, dan kami beri nama sesuai nama anak saya, Kimi," papar Intania.

 Laili