Anak Mbah Maridjan Pimpin Labuhan

By nova.id, Minggu, 3 Juli 2011 | 00:48 WIB
Anak Mbah Maridjan Pimpin Labuhan (nova.id)

Anak Mbah Maridjan Pimpin Labuhan (nova.id)

"Foto: Rini "

Minggu (3/7) pagi, juru kunci Merapi, Mas Lurah Suraksosihono, untuk pertama kalinya akan memimpin labuhan ke lereng Merapi. Tepatnya di Alas Bedengan. Ini lokasi baru yang dibuat khusus untuk labuhan. Posisinya lebih rendah daripada Pos 2 yang sebelumnya biasa dipergunakan untk labuhan Merapi. Sejak terjadi erupsi Merapi 2010, Pos 2 luluh lantak tak berbekas.

Mas Lurah Suraksosihono,  tak lain adalah putra mendiang Mbah Maridjan. Lelaki yang akrab disapa Pak Asih, ini, dipilih oleh Sultan HB X menggantikan Mbah Maridjan setelah menyisihkan sembilan kandidat lainnya yang sama-sama mendapat panggilan Kraton Yogya kala melakukan seleksi.

Labuhan kali ini untuk memperingati ulang tahun bertahtanya Sultan HB X pada tanggal 7 Maret 1989. Rangkian acara labuhan diawali dengan pembuatan kue apem di Kraton Yogya, Jumat (1/6) yang dipimpin oleh permaisuri Sultan HB X, GKR.Hemas. Selanjutnya kue apem dibagi-bagikan kepada kerabat dan abdi dalem Kraton. Sebagian lainnya dibagi untuk tiga temat tujuan labuhan. Yakni Gunung Merapi, Pantai Parangkusumo dan Gunung Lawu.

Kue apem berikut aneka sesaji dan sejumlah kain kesayangan Sultan HB X yang akan dilabuh ke Gunung Merapi, malam ini sudah berada di kompleks hunian sementara Desa Plosokerep, di mana juru kunci Merapi tinggal pasca Erupsi Merapi. Sebelum diinapkan di Plosokerep, perangkat labuhan itu Sabtu pagi (2/6) diserahkan pihak Kraton Yogya dikirim ke Kecamatan Cangkringan, Sleman. Selanjutnya diserahkan oleh Lurah Umbulharjo, Bejo Mulyo pada Mas Lurah Suraksosihono dalam satu upacara khusus di pelataran Plosokerep. Upacara meriah itu disaksikan Bupati Sleman, Sri Purnomo dan ratusan warga desa lereng Merapi.

 Acara penyerahan perangkat labuhan dibarengi dengan arak-arakan gunungan dan tumpengan dari Desa Pangukrejo ke Plosokerep. Gunungan buah-buahan dan nasi tumpeng berikut aneka bubur merah kemudian diperebutkan untuk warga."Makna dari labuhan ini untuk memohon perlindungan pada Tuhan agar masyarakat Yogya, khususnya yang tinggal di lereng Merapi senantiasa dilindungi Tuhan. Selain utuk untuk melestarikan tradisi dan budaya," jelas Pak Asih.

Sabtu malami menjadi ajang pesta warga desa di lereng Merapi, karena usai upacara penyerahan perangkat labuhan, dilangsungkan kesenian wayang kulit. Memasyarakat setempat juga dihibur dengan kesenian jathilan (tarian jaran kepang) dan band. Rini