Wisata ke The City of Dahlia

By nova.id, Senin, 13 Juni 2011 | 18:27 WIB
Wisata ke The City of Dahlia (nova.id)

Wisata ke The City of Dahlia (nova.id)

"Jam Gadang (Foto: Rini) "

Jika Bandung dijuluki sebagai Kota Kembang dan Paris van Java, Bukittinggi punya sebutan sebagai The City of Dahlia. Kota berhawa sejuk bak Lembang, Bandung ini, juga dibanjiri wisatawan lokal dan manca negara bila musim liburan tiba.

Jika ingin membawa keluarga me-refresh jiwa raga, Bukittinggi bisa menjadi salah satu pilihan tempat liburan keluarga. Dari Bandara Minangkabau, Padang, Sumatra Barat, Anda bisa menyewa taksi atau mobil. Perjalanan kurang lebih dua jam.

Jangan takut kelaparan di tengah jalan. Sebab setelah melewat Lembah Anai, kita akan menemui warung Bika Si Mariana di Koto Baru. Bika Si Mariana terbuat dari tepung beras dengan campuran gula merah atau gula putih. Dimasak dengan cara tradisional, dibakar . di tungku kayu, dan proses pembuatannya boleh kita intip.

Sebelum memasuki Kota Bukittinggi,  singgahlah ke Pandai Sikek, kampungnya para pengrajin kain tenun songket. Selain bisa berbelanja kain tenun dan sulam bordir yang indah, kita juga bisa melihat proses pembuatannya di Rumah Pusako atau di rumah Hj.Yurni, tak jauh dari Pasar Pandai Sikek di Jl.H.Miskin. Usai berbelanja bisa santap siang nasi lemak di restonya Cah Uni. Presiden SBY pernah bersantap di sini usai mengunjungi korban gempa beberapa waktu lalu.

Ke Rumah Hatta

Selama liburan, jangan hanya memborong oleh-oleh kerajinan dan makanan. Cobalah menyisihkan sedikit waktu untuk menambah wawasan. Kunjungi Rumah Kelahiran Proklamator RI Muhammad Hatta di Jl.Soekarno-Hatta 37. Letaknya tak jauh dari Pasar Bawah.

Rumah asli tempat Bung Hatta sebenarnya sudah runtuh di tahun 1960-an. Tetapi oleh Yayasan Pendidikan Bung Hatta kemudian dibangun lagi tahun 1994 sesuai aslinya dan diresmikan tahun 1995.

Kini museum berdinding anyaman bambu ini terawat dengan baik. Kebersihannya juga terjaga. Di museum ini kita bisa menemui  sejumlah foto dokumentasi keluarga Hatta, tungku di dapur, peralatan makan yang masih asli dan sederhana. Juga, tempat tidur, hingga replika kereta yang dulu dipergunakan oleh keluarga Bung Hatta. Dari rumah ini kita bisa meneladani kesederhanaan keluarga Hatta.

Belanja Kain Sulam

Dari Pasar Bawah, kita bisa langsung menuju ke Pasar Atas sebagai sentra penjualan kerajinan kain bersulam dan busana muslim serta pernah-pernik lainnya. Caranya, kita harus mendaki Jenjang 40 yang menghubungkan Pasar Bawah dengan Pasar Atas yang bangunannya lebih moderen.

Kendati namanya Jenjang 40, tetapi sebenarnya jumlah anak tangganya ada 100. Nah, anak tangga yang kecil dan curam di bagian atas inilah yang jumlahnya 40. Jenjang 40 ini  menurut sejarahnya didirikan tahun 1898 semasa Westeenek menjadi Asisten di Agam.

Saat berkeliling di Pasar Atas, jangan sia-siakan waktu untuk belaja aneka kerajinan kain sulam yang halus-halus. Sulaman khas Padang banyak yang masih pakai tangan dan hasilnya cantik-cantik. Menawar barang dagangan pun bukan larangan. Selesai berbelanja? Nikmatilah kemegahan Jam Gadang yang terkenal itu. Letaknya hanya beberapa meter saja dari pasar Atas. Atau tepat di seberang Istana Bung Hatta. Taman yang mengitari Jam Gadang yang didirikan tahun 1926 oleh Countorleur Rookmaker,  ini, di musim libur selalu dipenuhi wisatawan. Rata-rata ingin sekadar foto-foto atau makan siang bersama keluarga.

Tak jauh dari Jam Gadang pula, kita bisa berjalan kaki menuju Ngarai Sianok yang pesona pemandangan alamnya demikian elok. Lembah yang sering disebut sebagai Green Canyon-nya Sumatra Barat ini diramaikan oleh pedagang aneka suvenir khas Padang dan kerajinan rajutan tangan yang indah dan relative murah. Juga ada beberapa pelukis yang menggambarkan keindahan ngarai Sianok. Bila beruntung, Anda akan disambut oleh kera kecil yang lucu. Kesukaannya bertengger di pagar. Silakan buktikan.Rini