Keluarga lainnya, Djoko Susilo (66), malah sudah berkirim surat ke Presiden SBY dan Palang Merah Internasional. Djoko adalah kakak ipar Slamet Jauhar, Kapten Kapal Sinar Kudus. Ia agak tenang karena dari penuturan Slamet lewat telepon, "Sudah terlihat ada kemungkinan penyelamatan. Menurut informasi yang saya dapat, tebusan akan dibayarkan," kata Djoko.
Adik iparnya juga bertutur, "Selain makanan dan minuman, para ABK juga perlu obat-obatan. Gimana enggak sakit? Makan sekali sehari, jarang minum dan enggak pernah mandi. Terlebih selama disandera, mereka dipaksa berdiri di anjungan tanpa atap dan dinding. Slamet memilih puasa. Selain menguatkan mental, juga karena keterbatasan logistik." Yang membuatnya prihatin, istri Slamet jadi depresi. Kedua anaknya juga bingung.
Masih menurut Djoko, di tengah tekanan itu, sebagai kapten kapal, Slamet berhasil membuat negosiasi dengan perompak. Dalam kesepakatan itu, perompak menyetujui tebusan 3 juta dolar AS atau sekitar Rp 27 miliar dan pembayaran dilakukan paling lambat 12 April 2011. Yang pasti, Djoko berharap apa yang dilakukan Pemerintah Ri membuahkan hasil positif. "Jangan dulu dilakukan operasi militer. Kalau semua sandera memang sudah dibebaskan, terserah. Kami sekali lagi mohon bantuan dan doa agar secepatnya semua ABK berhasil pulang ke tanah air."
Yang membuatnya agak cemas, Slamet yang sejak disandera selalu meneleponnya, "Sudah dua hari ini tak kirim kabar. Mudah-mudahan saja tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan."
Laili Damayanti, Edwin Yusman / bersambung