Di hari-hari biasa, Zeni bisa menjual 200-an porsi tahu campur dan 100-an porsi lontong kikil. Hari libur dan Minggu, jumlahnya sudah pasti bertambah. Apalagi saat puasa, bisa dua kali lipat hari biasa. Tentu saja, Zeni sudah tak bisa lagi turun tangan sendiri. Ia dan suaminya, kini tinggal mengawasi lima karyawannya. Tapi, untuk mengolah masakan, mereka tetap meraciknya sendiri.
"Selain warga Surabaya, banyak tamu dari luar kota. Uniknya, banyak juga yang sekali jajan langsung menyantap tiga menu sekaligus, tahu campur, lontong kikil, dan soto tanpa nasi. Katanya, semuanya enak," papar Zeni sambil tersenyum.
Mereka buka pukul 04.00 - 23.00. Selain banyak yang menyantap di warungnya, "Banyak juga yang membungkus sampai 15 porsi. Kami juga sering diminta menyediakan katering untuk pesta pernikahan dan berbagai acara kantor. Kebetulan, lokasi jualan kami tak jauh dari kawasan industri," beber Zeni.
Meski laris-manis, Zeni belum terpikir membuka cabang. "Padahal, sudah banyak yang ingin kerja sama. Masalahnya, tenaganya belum cukup. Kami ingin konsentrasi di sini dulu," ujar Zeni yang rumahnya tak terlalu jauh dari warungnya.
Henry Ismono