Kini, Ani ingin membagi pengalamannya dalam bentuk buku. Tujuannya, "Untuk memudahkan mereka yang ingin belajar bikin kue dan serba-serbinya. Isinya tentang cara pembuatan, jenis bahan yang diperlukan, tempat penjualan bahan baku, dan perhitungan bisnis berwirausahanya," ungkap Ani.
Menurut Ani, buku tentang kue dan cara pembuatannya masih sulit ditemui di pasaran. "Kalaupun ada, harganya selangit dan tidak mudah dipahami. Saya juga bikin buku berseri serba-serbi cupcake, cookies hias, pernik penghias kue dari fondant dan cake tiga dimensi. Rasanya, saya makin diakui dan mantap menekuni dunia wirausaha kuliner ini," tegasnya.
Meski telah berlangsung selama tiga tahun, Ani tetap memasarkan cupcake-nya secara online. "Cara ini lebih praktis dalam memantau bisnis. Belanja bahan baku, saya juga memilih via online. Stok selama sebulan dipesan dalam jumlah besar agar tak perlu bolak-balik dan hemat waktu."
Karena belum menekuni usaha secara full time, omzet per bulan diakui Ani memang tak terlalu besar. "Namun, pesanan tetap mengalir deras. Ya, mencapai Rp 7,5 juta dengan keuntungan lebih dari 100 persen. Kendalanya memang soal waktu. Kadang, malam setelah pulang kerja atau di akhir minggu saya kejar setoran menyelesaikan pesanan."
Ani berharap, keberhasilan yang diraihnya, dapat menginspirasi ibu-ibu lain yang ingin punya penghasilan tambahan. "Tapi, tergantung minat dan keinginan mengembangkannya. Jujur saja, saya membuat dan menghias kue itu karena hobi. Modal utamanya, niat dan kesabaran," ujar Ani yang menganggap hobinya sebagai penyeimbang rutinitas kantor.
Agar tetap langgeng, harus tahan mental menghadapi konsumen dan tekun mencoba karena hasil sempurna tidak langsung terlihat. "Saya berencana bikin lembaga pendidikan untuk melatih jiwa wirausaha. Dan punya toko kue yang menyediakan kursus bagi para pembeli," harapnya.
Ade Ryani/ bersambung