Saat itu Feni belum tahu, kawasan lain di Sendai dilanda tsunami. Itu sebabnya ia tak khawatir memikirkan suaminya, Nuhamsyah Sulaiman (26), yang sesaat sebelum gempa mengabari sedang dalam perjalanan ke kampus dengan bus. "Saya pikir, pasti aman meski ada gempa. Saya baru tahu ada tsunami dari penghuni asrama."
Ia dan Nadia terpaksa tinggal di dalam mobil mahasiswa asal Malaysia yang juga punya bayi, karena ada pemanasnya.
Saat itulah Nuhamsyah pulang, setelah dua jam berjalan kaki menyusuri rel kereta. Tak terkira leganya hati Feni melihat kedatangan Nuhamsyah. Keluarga kecil ini lantas menuju pengungsian bersama penghuni asrama lain. "Setiap pagi dan malam, setiap pengungsi mendapat satu nasi kepal, yaitu nasi instan yang dicampur rumput laut," ujar Feni. Hari ketiga, KBRI menjemput para pengungsi asal Indonesia, termasuk keluarga Feni, untuk dibawa ke Tokyo dengan bus. Bersama para WNI lainnya, keluarga kecil Feni menginap di sekolah KBRI selama satu malam.
Keluarga tentu menyambut kepulangan mereka ke Jakarta, Selasa (15/3) dengan sukacita. Selain karena anak-beranak ini selamat, keluarga besar mereka belum pernah bertemu Nadia sebelumnya. Apalagi, kepulangan Feni ini cukup lama, lantaran kampusnya ditutup sampai 24 April mendatang. "Kami nikmati saja waktu bersama keluarga di sini, sambil mengimunisasi Nadia yang belum sempat diimunisasi di sana."
Nining, Hasuna / bersambung