Mi kopyok Pak Dhuwur yang cukup terkenal ini berada di Jalan Tanjung. Masakan berupa mi yang dikopyok (dicampur, Red.) dengan tauge kemudian direbus, lalu disantap dengan kuah bawang, kecap, irisan tahu goreng, kerupuk puli dan taburan seledri serta bawang goreng. Sepintas rasanya mirip lontong balap Surabaya, namun aroma taugenya terasa lebih segar.
Pak Dhuwur yang bernama asli Harso Dinowo (66) ini awalnya berjualan mi kopyok di Semarang untuk menyiasati kesulitan ekonomi keluarganya. Tahun 1965, ia berjualan keliling dari Punden hingga Pasar Ngilir Semarang.
Suatu ketika, seorang pelanggannya bilang, "Pak, kalau bisa gerobaknya diberi nama Pak Dhuwur! Jadi saya tidak salah kalau beli mi kopyok." Sejak itulah, Harso menuliskan nama Pak Dhuwur di gerobaknya. Belasan tahun jualan keliling, Harso akhirnya mangkal di sekitar Jalan Pemuda, lalu pindah ke Jalan Tanjung.
Berapa harga seporsi mi kopyok? Ternyata cukup murah. Hanya Rp 7 ribu per mangkuk. Plus kerupuk renyah, tinggal menambah Rp 1000.
Menurut pelanggan Pak Dhuwur yang juga banyak dari luar kota, mi kopyok miliknya terasa lebih sedap pada bumbu bawangnya. Selain itu, bagi penggemar pedas, sambal pelengkap mi kopyok Pak Dhuwur juga terasa mantap.
Nah, jika berminat menjajal mi kopyok legendaris Semarang ini, warung Pak Dhuwur buka mulai jam 8 pagi hingga jam 4 sore.
Laili Damayanti