Pasar Klithikan,Pembeli Taksir Harga Sendiri

By nova.id, Jumat, 11 Maret 2011 | 17:06 WIB
Pasar Klithikan Pembeli Taksir Harga Sendiri (nova.id)

Pasar Klithikan Pembeli Taksir Harga Sendiri (nova.id)

""

RAMAI TIAP MALAM

Berbeda dengan Pasar Klithikan Kuncen, yang kerap disesaki pengunjung sejak pagi hingga malam hari. Pasar Klithikan Niten, Bantul, masih tergolong sepi pengunjung di siang hari. Pengunjung justru lebih suka mendatangi Pasar Klithikan yang menempati bekas pasar tradisional itu pada malam hari. ''Kalau siang, sedikit yang datang. Biasanya yang datang pelajar yang cari buku bekas atau bapak-bapak yang meloakkan barang,'' tutur Sumarti, pedagang buku bekas yang menempati los depan.

Sepinya Pasar Klithikan Niten, diperkirakan Sumarti lantaran banyak warga yang belum tahu ada Pasar Klithkan baru. Atau, bisa jadi sejak pagi hingga sore warga Bantul sibuk bekerja, sehinga baru menyempatkan diri mampir menjelang malam.

Karena itu, Sumarti mengaku, dalam sehari mendapat Rp 50 ribu saja sudah senang. Ini, tentu amat berbeda dengan pemasukannya ketika ia masih berdagang buku di Selatan Kantor Pos Besar, Yogyakarta, di mana saat itu banyak mahasiswa membeli atau meloakkan buku. "Tapi sejak tahun lalu, sudah enggak boleh jualan di sana. Soalnya tempatnya dibuat Taman Kota. Padahal, suami saya sudah jualan buku di sana sejak dia SMA. Kami lalu pindah jualan di luar Pasar Niten ini. Pendapatan terus merosot. Hidup jadi sulit,'' tambahnya.

Udara segar mulai diperoleh Sumarti sekitar tiga bulan lalu ketika pedagang buku bekas dan klithikan di luar Pasar Niten diizinkan menempati los dalam bangunan pasar secara resmi. "Setelah diubah fungsinya jadi pasar klithikan, kami diminta masuk. Lapaknya gratis, cuma bayar uang keamanan dan listrik saja. Pendapatan juga lumayan, bisa buat menyekolahkan anak-anak.''

Layaknya pasar barang bekas, aneka barang terpajang di Pasar Niten. Ada sepatu bekas, baju, barang elekronik dan onderdil bekas. "Harapan saya, pasar di sini juga banyak pengunjungnya kayak di Pasar Kuncen," harap Sumarti. Sebuah harapan yang wajar. Sebab bila banyak pengunjung, maka roda perekonomian pun akan turut bergerak maju.

 Rini Sulistyati