Melongok Serial Legenda yang Mendunia

By nova.id, Sabtu, 28 Juni 2014 | 09:29 WIB
Melongok Serial Legenda yang Mendunia (nova.id)

Melongok Serial Legenda yang Mendunia (nova.id)

"Foto: IST "

Bagai oase di tengah maraknya tayangan sinetron dan variety show, serial Mahabharata sukses menggaet pemirsa teve. Jalinan drama bertaut konflik kekuasaan, pengorbanan, dan cinta pun mampu mengaduk emosi penggemarnya.

Mahabharata

Serial ini dibuka dengan kisah perebutan kekuasaan dari kerajaan Hastinapura. Kerajaan ini dipimpin turun temurun oleh Dinasti Kuru. Secara garis besar perebutan kekuasaan pun dimulai antara Pandawa dan Korawa. Pandawa adalah lima orang anak Pandu dari dua istri berbeda. Awalnya Pandu menikah dengan Kunti dan kemudian ia berpoligami dengan Madri. Suatu ketika Pandu melakukan sebuah kesalahan dan mendapatkan kutukan. Ia tidak bisa berhubungan intim layaknya suami-istri kepada kedua istrinya.

Akhirnya pasangan suami-istri ini memohon pada dewa Wisnu agar dikaruniai anak. Lalu lahirlah Yudistira, Arjuna, dan Bima dari rahim Kunti. Sedangkan Si Kembar, Nakula-Sadewa, lahir dari rahim Madri.

Adapun Korawa, sebutan bagi 100 orang anak (99 pria : 1 wanita), terlahir dari pasangan Destrarasta dan Gandari. Destrarasta yang buta ini pada dasarnya adalah keturunan dinasti Kuru. Ia merupakan saudara Pandu.

Meskipun bersaudara, namun perebutan kekuasaan yang terjadi antara Pandawa dan Korawa terlihat sebagai simbol kebaikan melawan kejahatan. Tak hanya perebutan kekuasaan saja yang menarik, tapi jalan cerita cinta dalam serial ini juga terbilang mengharukan. Seperti kisah Drupadi yang dikenal sebagai istri dari kelima Pandawa. Meski ia melahirkan anak dari masing-masing Pandawa, namun pada akhirnya Drupadi dikenal sebagai istri dari Yudistira. Di balik semua kisah cinta Drupadi, sebenarnya ia memendam cinta pada Arjuna.

Di balik layar, serial Mahabharata juga memiliki kisah menarik. Sekitar 600 kru bergabung menjadi satu tim demi kesuksesan proses syuting. Biaya yang dikeluarkan pun menembus angka miliaran rupiah. Seperti untuk membangun set sebuah kota di daerah Umbergaon yang dijadikan sebagai kerajaan Hastinapura. Pembangunan selama 1 tahun itu meliputi beberapa lokasi. Salah satunya adalah ruang pengadilan yang merupakan bangunan utama yang kerap dipakai selama syuting. Meski syuting dan set tempat yang ada cukup rumit, namun serial ini didukung pula dengan visual effect yang memanfaatkan teknologi canggih. Dengan durasi tayang sekitar 20 menit tiap episodenya, Mahabharata menyajikan cerita yang mampu membuat para penggemarnya penasaran.

Sebagai informasi, di negara asalnya, serial produksi Swastik Pictures India ini juga masih terus ditayangkan dan bisa disaksikan di Star Plus Mumbai TV.

Akan ke Indonesia?

Ditayangkan sejak Maret lalu di ANTV, sebelumnya serial Mahabharata pernah pula ditayangkan di stasiun teve lain. Zoraya Perucha, General Manager Corporate Communications ANTV mengaku pemilihan penayangan Mahabharata versi baru ini didasari pengambilan keputusan yang tak mudah. Setelah melewati diskusi panjang, menganalisa karakter dan kebutuhan penonton, serta menghitung dan menerjemahkan data riset dari peta kompetisi yang sedang berlangsung, "Memang sejak awal kami punya feeling dan keyakinan bahwa serial ini akan menjadi sesuatu yang baru di ANTV," ujar Zoraya yang mengamini jika stasiun teve lain pun kini mulai ancang-ancang mencari program sejenis untuk ditayangkan.

Memilih sebuah judul serial yang anti-mainstream dan tayang pada prime time, ANTV pun terbilang berhasil menarik minat pemirsa teve. "Kami melihat ada banyak hal baru dalam tren Mahabharata. Selain konten cerita yang kuat, serial ini digarap serius dengan teknologi yang menampilkan gambar, animasi, CGI dan trik yang sekelas dengan series atau film Hollywood seperti Game of Thrones, Thor, Clash of The Titans."

Pihak ANTV pun melengkapi antusiasme para penggemar dengan membuatkan akun Facebook Mahabharata ANTV. Selain itu, lanjut Zoraya, followers akun Twitter Shaheer Sheik (pemeran tokoh Arjuna) saat ini sudah mencapai ratusan ribu. Sebagian besar di antaranya berasal dari Indonesia.