"Di usianya sekarang, saya belum melihat apa minat terbesar Eddy. Dia masih suka mengeksplorasi banyak hal. Cita-citanya juga masih berganti-ganti. Ya, namanya anak laki-laki, dia suka main bola. Bahkan pernah bercita-cita ingin ajadi pemain sepak bola. Jadi di sekolahnya juga ikut kelas futsal. Tapi di rumah, saya leskan dia piano," tutur Maudy soal minta sang putra.
Sebagai orangtua, Maudy mengaku saat ini hanya mengarahkan Eddy untuk memenuhi target yang sesuai dengan perkembangan usianya saja. "Misalnya, di usianya sekarang Eddy punya target untuk bisa menulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Jadi saya hanya membimbing dia untuk bisa menuliskan kalimat dalam Bahasa Indonesia dan Inggris dengan baik saja. Buat anak-anak zaman sekarang mungkin agak sulit, ya, karena di sekolahnya bahasa pengantarnya bilingual," papar Maudy kepada tabloidnova.com.
Selain soal bahasa, Maudy juga mengaku ikut memperkenalkan Eddy pada teknologi, misalnya dengan memberinya gadget. Tetapi beruntung, menurut Maudy, Eddy tak terlalu terikat pada gadget-nya.
"Ya, kadang dia main tablet juga, tapi saya lihat Eddy lebih suka permainan yang melibatkan banyak orang, seperti main monopili, kartu, otelo, catur. Malah di sekolahnya Eddy diperkenalkan juga dengan mainan tradisional seperti petak umpet, kelereng, cici putrid. Yang penting Eddy bisa bersosialisasi dan permainannya lebih ke human to human, bukan human to computer," katanya sambil mengatakan, teknologi lebih sebagai pendukung bidang pendidikan buat anaknya.
Apalagi, sebagai mantan None Jakarta yang kerap menghadiri banyak acara yang mengharuskan dirinya berbusana khas Nusantara, membuat Maudy memiliki momen untuk mengajarkan hal-hal yang bersifat tradisi Indonesia kepada anaknya, kendati harus dijelaskan dalam Bahasa Inggris.
"Iya, saya juga jelaskan ke Eddy tentang batik, kebaya, atau budaya Betawi seperti onde-ondel. Kadang saya juga membacakan dongeng khas Indonesia untuk Eddy. Akhirnya dia mengerti juga tentang budaya Indonesia. Tapi, ya, namanya juga anak-anak, Eddy tetap suka tokoh kartun Disney, animasi Jepang, atau Lego. Ya, pokoknya seimbang saja lah," ucapnya.
Intan / Tabloidnova.com