Ine Febriyanti Hidupkan Kembali Cut Nyak Dien

By nova.id, Jumat, 25 April 2014 | 02:47 WIB
Ine Febriyanti Hidupkan Kembali Cut Nyak Dien (nova.id)

Ine Febriyanti Hidupkan Kembali Cut Nyak Dien (nova.id)

"Ine Febrianti (dok. Nova) "

Ine Febriyanti bukanlah nama yang asing di telinga para pencinta seni peran Indonesia. Dan belum lama ini wanita cantik yang kini lebiih banyak menggunakan nama Sha Ine Febriyanti ini kembali menghidupkan karakter Cut Nyak Dien lewat sebuah "Dramatique Reading: Cut Nyak Dien" di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.

Melalui "Dramatique Reading: Cut Nyak Dien" berdurasi 40 menit, Ine seolah menghidupkan kembali karakter Cut Nyak Dien. Perempuan Indonesia yang dikenang luas atas semua jasa-jasanya dalam melawan penjajah Belanda. Untuk segala perjuangannya dalam Perang Aceh, pemerintah pun menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional Indonesia.

Dibuka dengan Kisah Cut Nyak Dien saat diasingkan di Sumedang, Ine membawa penonton melihat Perang Aceh dari sudut pandang seorang Cut Nyak Dien. Karakter Cut Nyak Dien yang dipentaskan kali ini bukan hanya dilihat dari sisi dirinya sebagai pejuang perang yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga menunjukkan karakter Cut Nyak Dien sebagai wanita yang kuat dengan sifat-sifat keperempuanannya.

"Cut Nyak Dien merupakan pahlawan nasional yang jasanya sangat besar bagi bangsa ini, namun banyak yang tidak mengetahui pergolakan seorang perempuan Aceh ini ketika dia tengah berada di tengah peperangan, ketika suaminya mati dibunuh penjajah, dan hal-hal yang mendorong dia untuk mengobarkan semangat perlawanan terhadap penjajah. Sebagai seorang perempuan, karakter Cut Nyak Dien ini begitu kuat dan mendorong saya untuk menampilkan dalam monolog yang tidak hanya menghibur, tapi juga memberikan pelajaran sejarah perjuangan bangsa ini kepada generasi muda," ujar Ine.

Ine memulai kariernya dengan menjadi model dan bintang sinetron. Ia kemudian menyusuri dunia seni peran Indonesia sebagai aktris serta sutradara dan penulis. Ia pun pernah membintangi beberapa film seperti Beth dan Laksamana Keumalahayati. Sebagai sutradara, Ia pun pernah menyutradarai dan menulis skenario film Tuhan Pada Jam 10 Malam dan Selamat Siang Risa, juga menggarap beberapa film dokumenter.

Pada tahun 2012, ia bahkan pernah mendapatkan beasiswa Asian Film Academy Busan di Korea Selatan bersama 23 sineas berbakat lainnya dari seluruh Asia. Ia pun tercatat sebagai perempuan pertama dari Indonesia yang mendapatkan beasiswa tersebut.

 Intan / Tabloidnova.com