Beginilah Kegelisahan Perempuan ala Happy Salma

By nova.id, Kamis, 24 April 2014 | 09:59 WIB
Beginilah Kegelisahan Perempuan ala Happy Salma (nova.id)

Beginilah Kegelisahan Perempuan ala Happy Salma (nova.id)

"Happy Salma (Foto: Icha) "

Happy Salma saat ini tak hanya dikenal sebagai bintang film saja, tapi juga penulis, pemain teater, dan sutradara. Sebagai penulis, Happy sudah menerbitkan dua buku kumpulan cerpen yaitu Pulang (2006) yang masuk dalam nominasi Literary Khatulistiwa Award dan Telaga Fatamorgana (2008), serta novel kolaborasi (dengan penulis lain) Hanya Salju dan Pisau Batu (2010).

Debut pertamanya dalam pentas teater dimulai saat mementaskan Nyai Ontosoroh di mana ia sendiri berperan sebagai sebagai Nyai Ontosoroh (2007), kemudian diusul dengan pertunjukan monolog Ronggeng Dukuh Paruk (2009) di Amsterdam, Bern (Swiss0, dan Taman Ismail Marzuki, yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Ahmad Tohari. Lalu Jabang Tetuko (2011), Java War "Diponegoro" (2011), serta monolog Inggit dan Roro Mendut (2011) yang telah dipentaskan beberapa kali sejak2011 sampai 2013.

Happy juga telah banyak mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari dunia seni peran, di antaranya meraih predikat Pemeran Pembantu Terbaik Festival Film Bandung 2008 (Rinduku Cintamu), Pemeran Pembantu Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2010(7 Hati 7 Cinta 7 Wanita), Pemeran Pembantu Terbaik Indonesia Movie Awards 2011 (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita).

Pada 2013 lalu, Happy mulai merambah dunia sutradara dengan menyutradari film omnibus RECTOVERSO bersamaempat sutradara lain. Di tahun yang sama Happy juga menyutradarai sekaligus memproduseri film pendek Kamis Ke 300. Dan ia juga memproduseri sebuah pementasan Wayang Orang Rock EKALAYA yang dipentaskan belum lama ini. Dan terakhir, ia baru saja memproduseri sekaligus menampilkan kemampuannya dalam pertunjukan monolog Aku Adalah Perempuan, Minggu (20/4) di Galeri Indonesia Kaya.

"Pertunjukan monolog ini membawa penonton pada berbagai permasalahan perempuan yang tetap aktual hingga kini, seperti ketertindasan, perlawanan, dan pergulatannya menjadi "aku" yang dibentuk dan dipengaruhi oleh realitas sosial-budayanya. Penonton juga akan diajak meresapi kegelisahan kaum perempuan sebagai sebuah kontemplasi ke dalam diri bahwa seseorang tidaklah lahir sebagai perempuan, melainkan terpilih sebagai perempuan," ujar Happy kepada tabloidnova.com.

Sementara itu, salah satu penampil yang juga Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation yang membawahi Galeri Indonesaia Kaya, Renitasari Adrian, melihat Happy sebagai seniman yang berdediaksi tinggi dan kreatif. "Happy Salma merupakan seniman yang mendedikasikan dirinya di dunia seni dan budaya Indonesia, serta selalu tampil dengan beragam ide kreatif. Kali ini dengan semangat Kartini, Happy menampilkan pertunjukan di mana perempuan sebagai subjek dengan segala haknya untuk menjadi seseorang, menampilkan eksistensi perempuan di tengah situasi yang seringkali didominasi kaum lelaki."

Intan / Tabloidnova.com