Satu-satunya kendala yang kerap dialami Wenny saat memotret, jika pesanan harus diantar pagi hari. "Mau enggak mau, cake harus dibuat malam. Nah, memotret malam itu yang susah. Apalagi jika hanya mengandalkan kamera saku." Untuk menyiasatinya, ia memanfaatkan lampu seadanya dengan dibantu reflektor seadanya juga. "Hasilnya, sih, lumayan," jelas Wenny yang lebih suka memotret pagi hari dengan bantuan sinar matahari.
Jika cahaya kurang, maka kecepatan pun harus lambat. Akibatnya, gambar mudah goyang. Inilah yeng "memaksa" Wenny membeli tripod seharga Rp 150 ribu. Dengan alat itu, kendala meski pakai ISO rendah, gambar tidak goyang dan hasilnya bagus," jelas Wenny yang mengaku model kue bikinannya sering dijiplak orang tanpa ada pemberitahuan. "Padahal kalau di luar negeri, mengambil ide orang lain saja harus permisi."
Sebelum di-uplaod di FB atau website, Wenny lah yang mengedit. "Tapi editing ringan saja, misalnya cropping, menambahkan label nama di foto atau watermark." Dulu Wenny memang rajin memberi watermark di foto-foto yang di-upload agar hasil karyanya tidak diakui orang lain. Tapi belakangan jarang dilakukan. "Terserah deh, orang mau mengakui foto itu atau tidak. Yang penting, apakah mereka bisa membuatnya atau tidak."
Membuat cake bolu dengan model bermacam-macam dan bentuk rumit tidaklah mudah. Apalagi karakter orang Indonesia yang tidak suka bolu yang keras. "Beda dengan orang luar negeri yang masih menerima bolu keras."
Padahal, membuat bolu yang lembut dengan bermacam-macam bentuk, risikonya lebih besar.
Sukrisna