Usai upacara minum, para tamu menuju sebuah lapangan untuk menonton pertunjukan Tari Caci. Menurut riwayatnya, Tari Caci adalah tari perang yang menghadapkan dua kubu. Masing-masing penari bertelanjang dada dan mengenakan semacam pelindung kepala, dengan bunyi kerincingan yang terpasang di tubuh. Diiringi tetabuhan oleh kaum wanita, para pria ini bertarung adu ketangkasan. Sering sabetan cambuk mengenai tubuh penari yang mengakibatkan luka-luka.
"Ini memang tari pertarungan, yang memungkinkan penarinya luka berdarah. Namun, usai menari, tak ada perasaan dendam di hati mereka. Awalnya, dipetunjukkan dalam rangkaian upacara adat. Misalnya saja perkawinan, syukuran panen dan sebagainya. Agar seru, pertarungan idealnya menghadapkan dua kampung yang berbeda. Seiring dengan berkembangnya wisata di Manggarai Barat, Tari Caci ini digunakan untuk pertunjukan," tutur Pius, dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Manggarai Barat.
Usai menikmati Tari Caci, berlanjut dengan tarian Rangkuk Alu. Kali ini, pemainnya adalah para kaum wanita. "Alu, kan, alat untuk menumbuk padi. Nah, untuk melepas penat dan hiburan, alu ini digunakan untuk olah ketangkasan. Alu diadu oleh sekelompok pemain, sedangkan yang lain melompat di sela-sela alu yang diadu tadi," papar Pius.
Acara ini begitu seru. Para tamu pun ikut adu ketangkasan, melompat di antara ketukan alu. Para wisatawan yang berkunjung ke Manggarai Barat, idealnya memang menyaksikan dua tarian ini. "Kami akan terus menjaga tarian adat ini," tutur Usman Tan, salah satu penari Caci.Henry