Ketika Helen Hanya Tinggal Nama

By nova.id, Jumat, 3 Desember 2010 | 17:05 WIB
Ketika Helen Hanya Tinggal Nama (nova.id)

Ketika Helen Hanya Tinggal Nama (nova.id)
Ketika Helen Hanya Tinggal Nama (nova.id)

"Helena semasa hidup (Foto: Repro) "

Menuntut Pemerintah 

Mendapat kabar anaknya meninggal, Ledy dan suaminya segera mengontak pihak PT Amri, PJTKI yang memberangkatkan Helen ke Arab. Dari sini suami-istri itu mendapat jawaban bahwa, PT.Amri sudah mengirim surat ke direktorat perlindunganWNI dan BHI Kementerian Luar Negeri. "Tapi, enggak ada tanggapan. Kami,diminta lagi untuk menghubungi pihak Konjen Indonesia untuk  Arab Saudi. Kami pun menghubungi kontak yang disarankan itu. Pihak konjen Indonesia untuk Arab Saudi selalu bilang agar kami bersabar dan berdoa. Sabarnya sampai kapan bila sampai hari ini jenasah anak saya tak kunjung tiba di Indonesia?" ujar Ledy geram.  

Sebaliknya, dari Kerajaan Saudi Arabia melalui Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Urusan Kesehatan Wilayah Madinah Al Munawarrah memberi keteranga yan berbeda. "Mereka bilang sudah menyurati pihak Konjen Kedutaan Indonesia yang berada di Arab Saudi agar segera mengambil jenazah Helen. Bahkan, biaya pengiriman jenazah ditanggung oleh Kementerian Kesehatan. Tapi hingga saat ini tak diambil juga."  

Geram dengan  lambatnya pelayanan yang diberikan Kedutaan Indonesia yang berada di Arab Saudi, Ledy kemudian menelepon seseorang di Kedutaaan Indonesia di Arab Saudi dan meminta tolong agar segera mengirim jenazah Helen beserta dokumen dan uang gajinya yangtelah dibayarkan RS hingga tahun 2012. Informasi yang saya terima, rumah sakit tempat Helen bekerja sudah membayarkan gaji Helen sampai tahun 2012. Jadi, itulah yang ingin kami tagih. Sampai saat ini, kami tak tahu dimana kendalanya dan siapa yang memegang gaji Helen."

Sebelumnya di Depok

Mendiang Helen adalah lulusan Akper Elizabeth Medan. Ia sempat bekerja di berbagai klinik kesehatan di Medan. Lalu, tahun 2005, minta izin pada orangtuanya untuk berangkat ke Jakarta menyusul kakaknya Martha Elisa boru Simorangkir yang juga seorang perawat di Jakarta. "Helen akhirnya dapat kerja di rumah sakit di kawasan Depok. Baru dua tahun kerja pemilik rumah sakit yang berwarga negara Arab menawari   Helen bekerja sebagai perawat di RS Al Mahb, Madinah," terang Lady.

Setelah melalui pelatihan tiga bulan lamanya, tahun 2007 Helen diberangkatkan ke Arab. Tiap tahun mendapat cuti untuk pulang ke Indonesia. Dengan gaji 4 ribu riyal, atau sekitar Rp10 juta, Helen mampu menyenangkan hati orangtua dan adik-adiknya. "Gajinya selalu diberikan pada kami.Jika cuti ke Medan dia selalu bawa oleh-oleh air zam-zam, tasbih dan buah kurma yang asli. Oleh-oleh kami bagikan buat orang-orang kampung.'   

Lady mengenangkan, satu jam sebelum Helen mendapat musibah, sempat telepon adiknya ke rumah untuk rajin minum minyak ikan agar kekebalan tubuhnya bagus. Ibunya juga dinasihati agar rajin minum vitamin agar sehat. Terakhir Helen pulang ke Indonesia Januari lalu untuk menghadiri pernikahan kakaknya.   

Saat itu, kata Lady, Helen terlihat riang dan mengajak teman-temannya makan di restoran "Dia jemput pamannya dan dibawa ke Medan untuk berobat ke rumah sakit serta dicarikan dokter spesialis.Kalau ingat itu pikiran saya jadi miris," ucap Ledy kembali menitikkan air mata. Bila dalam waktu dekat jenasah Helen juga tak kunjung tiba, Lady mengancam akan mengadukan musibah anaknya ke DPR.   Debbi  Safinaz