Sepanjang sejarah komik Indonesia, tak banyak kakak-adik yang sama-sama jadi komikus. Di era 70-an, ada nama Banu dan Nurmi Ambardi. Kini, ada lagi kakak-adik yang produktif menghasilkan komik yaitu Ida Ariyani (30) dan Nunik Triwahyuni (25). Menariknya lagi, proses kreatif Ida dan Nunik hampir terjadi bersamaan.
Ketika masih kuliah di sebuah akademi, Ida tertarik bikin komik dan belajar secara otodidak. Tahun 2002 ketika tahu Elexmedia Komputindo menerima komik lokal, Ida mencoba memasukkan karyanya. Nunik juga tak mau ketinggalan. Lalu, karya keduanya digabung dalam satu buku, meski ada dua judul yaitu Dee dan Dear Mr. Clown dengan dua kreator. Kebetulan karakter gambarnya sama. Oleh penerbit, disarankan pakai nama samaran. Dipilihlah nama Amano. Kala itu laku sampai 17 ribu eksemplar. Setelah itu, mereka secara rutin membuat komik.
Nunik lebih produktif dibanding kakaknya. Sampai kini, Nunik sudah menghasilkan 8 judul dengan 9 buku (ada satu judul yang terdiri dari 2 buku), sedangkan Ida "baru" 6 judul. Selain membuat komik, kakak-adik ini juga sama-sama mengajar membuat manga. "Saya memberi privat. Muridnya lumayan banyak. Tiap hari, saya mengajar. Kebanyakan muridnya tinggal di Jakarta," kata Ida yang tinggal di Depok.
Apa enaknya kakak-adik sama-sama jadi komikus? "Kalau ide sedang buntu, kami terbiasa diskusi," kata Ida dan Nunik kompak.
Henry Ismono / bersambung