Begitu rumit dan panjangnya proses dalam pembuatan seprai, bed cover, dan lainnya ini, mau tak mau harganya menjadi mahal. Apalagi semua dikerjakan dengan tangan. Untuk seprai polos tanpa aplikasi, misalnya, dihargai mulai Rp 350 ribu. Sementara untuk satu paket seprai, selimut, sarung bantal dan guling dengan aplikasi, dibandrol mulai Rp 875 ribu. Harga itu sudah termasuk request aplikasi dan nama.
Barang-barang tadi, lanjut Vina, dibuat dari bahan impor. "Ada juga yang lokal tapi kami jamin 100 persen katun sehingga nyaman dipakai," kata Stephen yang enggan menyebut omsetnya.
Hasil sulaman juga dijamin rapi. Stephen mencontohkan, untuk membuat sulaman bunga, semua bagian disulam, sampai ke putik bunga sekalipun. "Jadi barang-barang kami benar-benar hand made sehingga kami tak bisa memproduksi banyak," jelas Stephen yang sebulan baru bisa menghasilkan sekitar 12-18 item. Itu sudah termasuk barang yang kecil-kecil, seperti tutup kotak tisu, dompet, dan lainnya.
Itu sebabnya, setelah membuka gerai di Jakarta, pasangan ini belum berencana ekspansi lagi. Vina justru akan konsentrasi membuat kreasinya lebih beragam, tak sekadar seprai, selimut, dan sarung bantal.
Seperti saat ini, Vina juga sudah merambah ke furnitur, meski masih seputar kebutuhan kamar anak seperti boks bayi dan sofa kecil. Ia juga mencoba membuat bumper boks bayi yang banyak diminati pembeli. Bahkan ia juga sudah menerima 1-2 pesanan gorden.
Pesanan yang beragam ini memang diharapkan Vina karena ia punya cita-cita, Linen & Lace tak sekadar membuat seprai dan selimut, tapi menjadi perusahaan yang bisa memenuhi kebutuhan home living.
Sukrisna