Sementara di Stadion Maguwoharjo, sejak pagi puluhan dus berisi nasi bungkus dan air mineral sumbangan dari warga terus berdatangan. Sekitar pukul 08.00, ribuan pengungsi sudah mendapat nasi bungkus. Bahkan hingga tiba makan siang, puluhan dus berisi nasi bungkus masih tersebar di beberapa tempat logistik. Beberapa bahkan disalurkan ke tempat pengungsian lain. Sebagian lain diedarkan lagi oleh relawan ke barak-barak pengungsian hingga lantai 3 stadion itu.
Dari jenis bungkus yang dipakai, terlihat nasi itu berasal dari beragam kalangan. Ada nasi yang dibungkus daun jati, ada juga yang berupa nasi kotak dari restoran tersohor. Tak hanya nasi bungkus, sejumlah warga pun menyediakan makanan gratis. Seperti Bubur Bu Nusi dari Sumopakis, Bantul, yang menyediakan empat panci besar bubur untuk para pengungsi. Bubur itu sangat diminati anak-anak.
Tak cuma makanan, beberapa warga juga secara sukarela membagikan masker ke para pengungsi yang tidak bermasker. Maklum, hari itu memang masih terasa hujan abu. Dua orang tampak berkeliling dari barak ke barak, mencari pengungsi yang belum punya masker. Bahkan saat menemui anak kecil atau lansia, mereka tak segan-segan memasangkan maskernya sekalian.
Gerakan masyarakat untuk membantu pengungsi Merapi memang luar biasa. Uluran tangan datang dari seantero Indonesia. Di berbagai jejaring sosial pun gerakan peduli sesama banyak tercipta. Ada yang dikoordinir lembaga, banyak pula yang atas inisiatif sendiri. Sayang, jika Pemerintah justru tak mampu mengkoordinirnya.
NASI BUNGKUS ISTIMEWA
Tak jelas siapa yang memberi komando, Jumat pagi (5/11) jam 07.00, muncul gerakan "Nasi Bungkus Jogja" di Twitter. Gerakan itu mengimbau warga Yogyakarta untuk membawa 3 nasi bungkus per orang untuk dikumpulkan di Hijau Café, Jalan Kaliurang KM 5, Yogyakarta untuk disalurkan ke tempat penampungan pengungsi yang baru. Sejak Merapi meletus lagi, banyak posko-posko pengungsi yang dianggap bahaya dikosongkan. Alhasil, tak ada cukup makanan.
Tanggapan warga Yogya memang sungguh luar biasa. Hanya dua jam berselang, posko pengungsian Gelanggang Mahasiswa UGM sudah kebanjiran nasi bungkus. "Sudah cukup sampai makan malam. Bahkan berlebih," kata Dede (37), seorang relawan. Kelebihan nasi segera disalurkan ke posko-posko yang masih kekurangan.
Bukan cuma warga yang berkontribusi. Sejumlah rumah makan terkenal seperti RM Sederhana dan RM Suharti pun tak mau kalah mengirim ratusan paket nasi. Jelas, semua itu sangat membantu meringankan beban korban bencana, terutama di masa-masa paling sulit.
Warga Daerah Istimewa Yogyakarta memang istimewa!
Sukrisna, Sita