Perjuangan Menembus Mentawai

By nova.id, Senin, 8 November 2010 | 05:22 WIB
Perjuangan Menembus Mentawai (nova.id)

Perjuangan Menembus Mentawai (nova.id)
Perjuangan Menembus Mentawai (nova.id)

"Menghibura anak-anak untuk menghilangkan trauma (Foto: Dok. Al Azhar peduli umat) "

RecoveryFokus awal Rahmat dan rekan-rekannya semula, melakukan pengobatan fisik kepada para korban selamat diteruskan engan trauma healing. Namun setelah dua program utama itu dilakukan, dalam perkembangannya, warga meminta dibuatkan rumah tinggal agar tenteram dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

"Kami sekadar menginisiasi. Setelah ada kesepakatan warga, tanah mana yang akan didirikan tempat tinggal, kami mengajak mereka melakukan swadaya membuat rumah tainggal sebanyak 15 buah. Dananya kami ambilkan dari dana masyarakat yang terhimpun melalui Al Azhar Peduli Umat. Per rumah beayanya Rp 15 juta," terang Penanggungjawab Program Kemanusiaan Al Azhar Peduli Umat, Sunaryo Adhiatmoko yang dihubungi NOVA per telepon di Jakarta.

Konstruksi rumah itu terbuat dari 50 cm batu bata, dan selebihnya seng. "Yang membuat beayanya mahal karena beaya transportasinya dan aksesnya sulit. Target kami sebulan 15 rumah selesai," tambah Sunaryo yang menyebut program itu sebagai Rumah Bangkit Mentawai.

 Memperoleh Perahu GratisKabar gembira lainnya, Tim Al Azhar yang membuka posko di Sikakap, awal November lalu. bekerjasama dengan Air Putih, relawan lain yang menyediakan sarana komunikasi satelit dan  internet. Dengan sarana komunikasi itu, para relawan bisa berinternet dan berkomunikasi dengan mudah. Di pelabuhan Sikakap inilah banyak bantuan menumpuk dan sulit didistribusikan akibat cuaca yang tidak bersahabat.

Asal tahu saja, untuk menyewa perahu guna mengangkut bantuan dari Sikakap ke daerah bencana harus menyewa per hari Rp1juta. Bahkan para NGO yang membawa bantuan logistik ada yang menyewa per bulan Rp 10 juta.

Salah satu warga Sikakap pemilik perahu adalah Edy. Melihat kesungguhan Rahmat dan rekan-rekannya membantu warga Sikakap, Edy memutuskan mewakafkan perahunya kepada relawan dari Al Azhar Peduli Umat ini. "Perahu boleh digunakan hingga program selesai, gratis. Tetapi bahan bakarnya membeli sendiri," tutur Edy, seperti dikutip Rahmat. Bukan tanpa sebab Edy mewakafkan perahunya. Semula, perahu miliknya sudah pecah lantaran berulangkali mengangkut bantuan para relawan lain. Ketika perahu pecah, Rahmat dkk mengulurkan bantuan untukmemperbaiki dan membiayai perbaikan perahu. Dan, Edy pun tak melupakan jasa baik itu. Ketulusan pada akhirnya dibayar dengan keikhlasan.Rini Sulistyati