Sekilas, Mus (35) tak terlihat kasar apalagi kejam. Pria berkulit putih ini justru terlihat santun dan ramah. Logat bicaranya seperti orang Melayu. "Saya pernah 5 tahun bekerja di Malaysia dan Singapura," katanya bangga. Namun, hasil bekerja di negeri orang itu tak terlihat nyata karena istrinya dinilai boros. "Saya kecewa, hasilnya sia-sia. Seharusnya uang itu dibelikan kebun atau sawah agar saya puas," ungkapnya.
Sepulang dari merantau, Mus minta istrinya, Khotimah, gantian bekerja di luar negeri dan ia mengurus anak. Belakangan, uang kiriman Khotimah tersendat. Mus curiga istrinya mengirim uang hanya untuk keluarganya sendiri. "Saya enggak pernah pakai uang kiriman buat foya-foya, kok. Selalu saya gunakan untuk keperluan keluarga."
Lilitan kesulitan ekonomi itulah yang menurut Mus sering membuatnya emosional. Terlebih IK dianggapnya malas. "Hari itu saya sedang kesal. Istri pun sulit dihubungi. Mau makan, enggak ada uang. Pikiran mumet, sementara IK malas. Akhirnya saya marah. IK saya tempeleng dan pipinya saya pukul pakai sapu," akunya datar.
Ia bersikeras, hanya sekali itu menganiaya putrinya. "Menyundut dengan obat nyamuk, juga cuma sekali," kata Mus yang mengaku menyesal telah menyakiti IK. "Saya jadi bapak yang tega karena khilaf. IK seharusnya saya rawat baik-baik. Sekarang, setiap melihat foto dia di HP, saya menangis," ujarnya.
Tentang tuduhan pernah memperkosa IK, Mus membantahnya. Katanya, ia hanya memeganng kemaluan IK. "Itu karena nafsu setan. Enggak sadar." Untuk itu, IK akan divisum dan jika benar Mus melakukan perkosaan, ancaman hukumannya pasti bertambah.
Berbagai alat bukti kekerasan sudah diamankan polisi dari rumah Mus. Di antaranya, palu, pecut, pipa besi, pisau dapur, obat nyamuk, dan sapu lidi. "Pipa besi dipakai untuk memukul kepala IK sehingga rambutnya tak bisa tumbuh," kata penyidik, Briptu Nugraha.
Ahmad Tarmizi