Selain intrusi laut, kata Yudi, pemicu lainnya adalah penyedotan air tanah yang luar biasa besar. Baik oleh pihak perkantoran, mal, hotel, atau masyarakat. "Kebutuhan air di Jakarta baru terpenuhi 54 persen dari PAM. Sisanya mengambil air tanah." Celakanya, kondisi ini tidak dibarengi dengan penyediaan resapan air yang memadai. "Semua lahan dibeton. Pembangunan mal, hotel, dan pusat bisnis merajalela. Mereka memanfaatkan setiap jengkal untuk kepetingan bisnis hingga lahan hijaunya tergusur. Kalau toh ada, luasannya tidak memenuhi syarat."
Tak heran jika terjadi hujan sebentar saja, Jakarta dipastikan banjir dan kemacetan pun terjadi di mana-mana. "Karena tidak ada resapan dan situ (danau buatan) yang menampung curah hujan, air hujan akan terbuang sia-sia." Padahal, jika air itu ditampung di situ, bisa diolah menjadi air bersih untuk kebutuhan masyarakat.
Yang lebih mengkhawatirkan, lanjut Yudi, intrusi air laut sudah sampai ke daerah Senayan. Artinya, jika tidak ada tindakan yang nyata dari pemerintah dan masyarakat, sebentar lagi akan meluas ke daerah lain. Di sisi lain, Pemerintah Kota Jakarta seakan tutup mata dengan kondisi ini. Salah satu buktinya, Izin pembangunan mal dan pusat perbelanjaan terus dikeluarkan. "Padahal untuk wilayah Jakarta Utara dan Barat, posisinya berada di bawah permukaan laut. Seharusnya di wilayah itu lebih banyak lahan hijaunya, tapi kenyataannya, semua sudah penuh dengan beton. Mestinya di wilayah itu tidak boleh ada mal," tegas Yudi.
"Hilang"nya sebagian Jl. R.E. Martadinata, lanjutnya, seharusnya menjadi momen pemerintah untuk melakukan gerakan peduli kondisi Jakarta. "Kalau tanpa dukungan pemerintah, kami dari Jakarta Green Map tidak bisa berbuat banyak. Masyarakat yang sudah kami sadarkan paling baru sekitar 10-15 persen."
Yudi yakin, jika pemerintah mau mendukung dengan sepenuh hati, niscaya kondisi Jakarta akan lebih baik. "Bukan menuju titik kehancuran." Lalu bagaimana dengan wacana pindah Ibukota? "Ah, itu tidak menyelesaikan masalah. Bila sikap pemerintah tetap tutup mata, Jakarta akan hancur juga. Bahkan di tempat baru pun akan demikian juga."
Jadi, pesan Yudi, "Kita sebagai masyarakat sajalah yang harus mulai peduli pada kondisi Jakarta. Mulailah dari diri sendiri. Bikin resapan di rumah masing-masing, tampung air hujan, bikin lahan hijau di rumah, meski lahannya terbatas. Masyarakat juga harus ramai-ramai membuat sumur resapan dan lahan hijau di lahan kosong di lingkungan masing-masing."
Sukrisna, Edwin, Henry
Foto: Lucky Fransiska-Kompas Daily