Tak mudah, kata Kemal, menghadapi kenyataan ini. Seperti diutarakan Kemal, kepergiaan sang ayah adalah sesuatu yang mungkin bagi orang lain bagai mimpi. "Tapi buat saya, Ayah pergi dengan cara yang indah. Dia pergi ketika melakukan hal yang sangat dicintainya, yaitu terbang dan akrobatik. Terlebih dia melakukannya untuk Bandung, untuk negara. Itu yang membuat kami sekeluarga sedikit tenang. Ayah meninggal dengan cara yang terhormat dan in the best way."
Kesedihan dan rasa kehilangan yang amat besar, memang sengaja ditekan Kemal. "Saya harus bisa tegar. Ini saya lakukan untuk almarhum Ayah dan kedua adik saya. Kalau mereka melihat saya tegar dan tenang, keluarga besar juga bisa ikut tegar dan tenang," kata pria yang kini bekerja di sebuah perusahan konsultan pesawat di Hamburg.
Apalagi, tambahnya, kenangan indah semasa sang ayah hidup, membuatnya bisa menjadi tegar dan kuat. "Ayah adalah sosok pria yang penuh semangat positif. Sangat full of life. Itu pula yang membuat saya berpikir untuk terus memberikan yang terbaik dalam hidup."
Sepeninggal Alex, tutur Kemal lagi, "Saya belum berencana kembali ke Jerman. Tapi , bukan berarti saya akan meninggalkan apa yang sudah saya dapat di Jerman. Karena saya tahu, bukan itu yang diinginkan Ayah. Dia pasti ingin saya melanjutkan cita-cita saya yang sama dengannya, yaitu dunia penerbangan agar saya bisa melanjutkan passion Ayah di dunia penerbangan."
Edwin Yusman F / bersambung