Dibayangkan Kerja, Ternyata Winfaidah Diseterika (1)

By nova.id, Rabu, 29 September 2010 | 17:11 WIB
Dibayangkan Kerja Ternyata Winfaidah Diseterika 1 (nova.id)

Dibayangkan Kerja Ternyata Winfaidah Diseterika 1 (nova.id)
Dibayangkan Kerja Ternyata Winfaidah Diseterika 1 (nova.id)

"Tandur diminta Win merawat Misela, ank semata wayangnya (Foto:Dok Pri) "

Memantau Televisi 

Cara lain ditempuh Tandur untuk mencari kejelasan nasib anaknya. Ia rajin mengikuti kabar lewat teve. "Ternyata benar Win anak saya. Di teve Win diberitakan kakinya disiram air keras oleh majikannya. Punggungnya juga ada luka karena digosok pakai setrika panas. Saya membayangkan, pasti sangat sakit. Setelah itu, pikiran saya dan suami, Sukirman, jadi kacau."

Dari televisi pula Tandur tahu anaknya ditemukan penduduk setempat di pinggir jalan dalam kondisi pingsan tanpa tanda pengenal. "Saya ini orang bodoh, tidak mengerti bagaimana caranya menanyakan nasi Win kepada pemerintah. Saya baru agak lega setelah Pak Carik datang ke rumah. Ia mengabarkan, kini Win sudah diurus pemerintah. Katanya, Pak SBY juga menelepon Win. Barulah saya sedikit lega."

Tandur bertambah lega ketika staf Depnaker Lampung mendatangi dirinya, guna mengajaknya ke Malaysia melihat langusng kondisi Win. "Jadinya Ernawati (adik Win) yang berangkat ke Malaysia mewakili keluarga, didampingi orang dari Depnaker."

Tanpa Kabar

Cerita Tandur, setahun lalu Winfaidah pamit akan kerja ke luar negeri untuk memperbaiki nasib keluarga. Ia ingin seperti teman-temannya yang jadi TKI dan berhasil. "Ada temannya yang bisa membangun rumahnya jadi bagus. Nah, Win juga ingin seperti itu. Keadaan keluarga kami memang pas-pasan. Selama ini, kami hidup dari hasil tani di ladang. Hanya cukup untuk makan."

Win yang sudah punya anak (kala itu umurnya belum genap setahun), ingin bisa memperbaiki rumahnya. Ceritanya setelah menikah, Win mencoba mandiri. "Sebenarnya, sih, sudah ada rumah, tapi lebih mirip gubuk reot, semua dindingnya terbuat dari gedhek (anyaman bambu). Dulu suaminya juga bertani, sekarang kerja di Jambi. Saat pergi, Win sudah pamitan dengan suaminya."

Awalnya, sih, terasa berat melepas Win. Apalagi, anaknya, Misela, saat itu belum genap setahun. "Win minta saya agar merawat Misela. Saya melepas dia dengan penuh harapan usahanya berhasil. Setidaknya, Win bisa memperbaiki kehidupan keluarganya."

Winfaidah juga sempat mendapat berbagai latihan keterampilan di rumah penampungan di Jakarta. Sehingga bisa sering telepon ke rumah menyampaikan kabarnya. Suatu ketika Win mengabarkan, sudah berangkat ke Singapura. "Tapi tidak lolos tes Bahasa Inggris. Dia lalu dipulangkan. Bukan ke Jakarta melainkan ke Batam. Mungkin di sana dia lalu mendapat tawaran ke Malaysia. Sebab, beberapa bulan berikutnya, dia kirim surat, mengabarkan dirinya sudah berada di Malaysia. Kontrak kerjanya cuma setahun. Setelah itu akan pulang ke Lampung. Dia juga bilang, majikannya seorang Cina yang baik, jadi dia senang kerja di sana."

Sepenggal kelegaan menghiasi hati Tandur kala itu. Namun sayang, setelah surat pertama itu, tak ada lagi surat kedua maupun ketiga. Win bagai ditelan bumi. Keluarga Tandur kehilangan jejak lantaran di amplop surat itu tak ada alamat tercantum, apalagi nomor telepon di Malaysia. "Kami tak ada pikiran buruk. Saya bayangkan saja dia sedang sibuk bekerja dan belum ada waktu untuk kirim kabar di rumah. Kabar terakhirnya ternyata malah diseterika," ujar tandur pilu.

 Henry Ismono / bersambung