Kisah "Perseteruan" Dua Bocah (2)

By nova.id, Selasa, 14 September 2010 | 05:09 WIB
Kisah Perseteruan Dua Bocah 2 (nova.id)

Kisah Perseteruan Dua Bocah 2 (nova.id)
Kisah Perseteruan Dua Bocah 2 (nova.id)

""Kami melihat keluarga Mawar tak punya itikad baik," tegas Joni. (Foto: Gandhi) "

"Pengadilan? Silakan Saja!"

Djoen memang berhak berkata apa saja. Yang jelas, Febe, ibunda Mawar, dengan tegas menampik disebut lepas tanggung jawab. Dia pun tak yakin, putrinya melakukan kekerasan terhadap Mellati seperti yang dituduhkan. "Sampai saat ini belum ada satu pun saksi yang melihat langsung siapa sebetulnya pelakunya. Kejadiannya, kan, di luar kelas, persisnya di sebelah pos Satpam," kata Febe saat ditemui di rumahnya, Dukuh Setro, Surabaya, Kamis (26/8).

Saat peristiwa itu terjadi pun, Febe menyangkalnya. "Waktu itu anak saya sedang main bersama temannya di kelas, kok. Jadi, bagaimana ceritanya anak saya yang dituduh sebagai penganiaya Melati? Kan, bisa saja anak saya difitnah padahal yang memukul temannya yang lain?" Oleh karena itu, lanjut perempuan ini, jika Djoen bisa membuktikan Mawar sebagai pelakunya, "Saya siap menanggung semua biaya pengobatan di rumah sakit! Jangan dianggap saya menghindar. Tapi buktikan dulu!"

Masalah ini, tutur Febe, diketahuinya saat A Hok, ayah Melati, menelepon suaminya, "Katanya, Melati sakit akibat penganiayaan yang dilakukan oleh anak kami. Menurut ayah Melati, anaknya ditendang Mawar, kemudian terjatuh, lalu tubuhnya diinjak-injak hingga bengkak-bengkak." Tak sudi anaknya dituding yang bukan-bukan, ia lalu mengajak putrinya ke rumah Melati guna mencocokkan kebenaran cerita ayah Melati. "Buktinya, dari pertemuan itu, ayah Melati tidak bisa membuktikan bahwa Mawar pelakuknya. Karena itulah suami saya tidak bersedia memberi biaya pengobatan."

Soal gugatan Djoen ke pengadilan, Febe tidak gentar. "Kalau memang harus berperkara di pengadilan, silakan saja! Pasti nanti kami hadapi. Akan saya tunjukkan, Mawar tidak bersalah!" ujar Febe yang merasa semakin geram karena akibat dituduh menganiaya, putrinya sempat stres dan nilai pelajaran sekolahnya merosot.

Gandhi Wasono M