Katering Sahur Makin Menjamur (1)

By nova.id, Selasa, 3 Agustus 2010 | 17:03 WIB
Katering Sahur Makin Menjamur 1 (nova.id)

Katering Sahur Makin Menjamur 1 (nova.id)
Katering Sahur Makin Menjamur 1 (nova.id)

"Foto: Gandhi "

Permintaan Meningkat

Memasuki bulan Ramadhan, perusahaan-perusahaan di Surabaya yang mempekerjakan pekerjanya malam hari, tak perlu repot mencari makanan sahur. Mereka bisa memesan katering sahur. Tarifnya murah, menunya istimewa pula. Katering yang menyuplai makan sahur itu adalah Katering Diana yang beralamat di Jl. Sidosermo, Surabaya. Imam Syafii pemilik Katering Diana mengungkapkan, sudah tiga tahun belakangan ini melayani katering untuk makan sahur. Sebelumnya, hanya melayani pesanan katering regular pada siang hari. "Ternyata permintaan katering makan sahur semakin meningkat," terang Imam. Bisnis katering regular pun tetap ia jalankan. Perbedaan antara katering siang maupun makan sahur tak jau berbeda. "Yang semula memasok makanan untuk pagi, siang atau sore, di bulan Ramadhan pukul dua dinihari makanan harus sudah ada di tempat pemesan." Saat ini Imam memasok makan sahur di banyak tempat. Di antaranya ke beberapa sentral pendidikan (sendik) Bank Nasional serta beberapa perusahaan industri yang menerapkan pola kerja siang dan malam hari. Bila mengirim katering siang hari sering mendapat hambatan padatnya lalu-lintas, mengantar makan sahur justru, wuss...jalan raya tanpa hambatan.

Mengurangi Buah

Ada perbedaan menu katering regular dan makan sahur. Menu sahur diberi kadar protein yang lebih tinggi dari biasannya, agar ada cadangan tenaga ekstra sampai waktu buka puasa tiba. "Kami usahakan banyak sayur, ikan, dan daging. Kami menambah lagi denga kopi dan teh, atau susu sebagai penghangat. Untuk buah, porsinya justru dikurangi karena kebanyakan buah malah cepat lapar, " imbuh Imam yang menerima pesanan minimal 50 kardus dengan harga mulai Rp 12.500. Imam pun senantiasa menyajikan semua makanannya dalam kondisi fresh dan hangat. Agar konsumennya tetap lahap saat santap sahur.

Henry Ismono, Gandhi/ bersambung