Tren Sekolah SepakBola (2)

By nova.id, Rabu, 30 Juni 2010 | 03:00 WIB
Tren Sekolah SepakBola 2 (nova.id)

Tren Sekolah SepakBola 2 (nova.id)

"Mantan pemain sepak bola dari berbagai negara menjadi pelatih ASS (Foto: Edwin Yusman) "

CALON PEMAIN INTERNASIONAL

Sekolah Sepak Bola asal Inggris, Arsenal Soccer Shools (ASS) berlokasi di Talavera Office Park, lantai 28, di Jln. TB Simatupang, Jakarta. ASS memfokuskan pelatihan pada teknik, disiplin, moral, dan mental. Di sini anak-anak dilatih oleh mantan pesebakbola nasional, Fandi Ahmad.

"Di ASS semua pelajaran soal bola dilakukan secara sistematik. Kami harus mengetahui sejauh mana kemampuan mereka sebelum mulai melatihnya, sehingga bisa mengelompokan anak-anak sesuai umur dan kemampuan. Kami mempunyai dua tim U-12. Satu tim sudah siap main dan satu lagi yang belum. Kalau sudah pintar, bisa naik level dan digabungkan. Tidak menutup kemungkinan ada murid yang turun level," terang Fandi.

Untuk memulai latihan, ada baiknya dilakukan sejak anak berusia 5 - 6 tahun, sehingga bisa belajar fokus. koordinasi, dan kecepatan. "Di setiap latihan, lanjut Fandi, kami melakukannya dengan kelompok kecil. Sampai usia 12 tahun, kami tidak memberikan mereka main satu lapangan penuh. Tapi satu lawan satu sampai tujuh lawan tujuh. Tujuannya untuk melihat kemampuan mereka satu per satu. Dengan pola ini, semua bisa main bola, enggak ada yang diam menunggu bola. Mereka juga jadi berani, sekaligus melatih mental."

Anak usia di bawah 6 tahun agak sulit dilatih. Maka, ASS memiliki pelatih khusus yang punya kesabaran lebih agar tak bosan saat latihan dipadukan permainan. ASS, tambah Fandi, memakai pelatih dari berbagai belahan dunia seperti Indonesia, Kamerun, Gabon, Kenya, Inggris. "Semua bekas pemain bola juga," tegas Fandi yang memandang postur dan cara berlari anak memegang peranan penting untuk mengetahui kemampuan murid.

"Jika punya kemampuan dan postur ideal, murid kami bisa dipinjam atau diambil oleh tim sepakbola dalam negeri maupun negara-negara Eropa." Uniknya, meski ada saja anak yang tak memiliki postur ideal pemain, banyak orangtua tetap menyekolahkan anaknya di ASS. Tujuannya, paling tidak mereka bisa belajar koordinasi, bergaul, menahan emosi dan disiplin.

Dengan pelatihan yang bersifat individual, hubungan pelatih dengan para murid terjalin di dalam dan luar lapangan. Misalnya, ada murid yang nilai sekolahnya turun, "Tanpa ragu kami bisa saja memberikan skorsing. Agar dia bisa memperbaiki nilai sekolahnya terlebih dulu. Meskipun anak itu adalah pemain andalan kami. Menurut kami, pemain bola yang bagus bukan hanya punya kemampuan tapi juga otak yang cerdas," tutup Fandi.

Memberi Beasiswa

Operational Manager ASS, Nina Raganatha, mengemukakan, siswa yang diterima ASS adalah antara usaia 4 tahun sampai 18 tahun. Tak ada persyaratan khusus untuk menjadi murid di ASS. "Kami tak ingin anak-anak takut untuk mulai bermain bola. Ada juga anak-anak yang datang tidak percaya diri. Nah, kami punya trik khusus membuat mereka percaya diri. Namun, bukan percaya diri yang berlebihan. Kami juga menekankan soal attitude, mental, dan kontrol emosi. BIla tiga hal itu tidak bagus, ASS tak segan-segan memanggil orangtua murid untuk membicarakan hal itu. Sebab, dengan attitude yang baik, emosi dan mental jadi terarah."

Jumlah murid ASS saat ini mencapai 300 orang. Uniknya, ujar Nina, dan dalam waktu dekat akan ada satu muridnya yang akan berangkat ke Swedia untuk mengikuti kompetisi sepakbola di sana. "Dia berangkat bukan atas nama ASS sebab setiap anak memiliki privasi untuk mengembangkan dirinya."

ASS juga aktif mencari anak-anak berbakat untuk dilatih. Oleh karena itu, beberapa pelatih rajin mengikuti jalannya kompetisi guna mencari anak-anak berbakat, yang selanjutnya diberi beasiswa untuk belajar di ASS. Syaratnya, "Jika tim ASS bertanding, anak itu harus mendukung tim kami," terang Nina.

Sejauh ini sudah ada 15 anak yang mendapat beasiswa, terdiri dari anak usia di bawah 10 tahun sampai di bawah 16 tahun. "Anak yang sudah berusia 15 tahun, kami berikan program pelajaran tambahan sebagai pelatih. Karena ke depannya, jika mereka tak bisa menjadi pemain, masih bisa menjadi pelatih. Dengan begitu, selepas dari ASS mereka mempunyai bekal untuk mendapat penghasilan sendiri."

Diyakini Nina, kurikulum yang diajarkan di ASS Indonesia sama dengan ASS di seluruh dunia. Setiap 6 bulan sekali pelatihnya mendapat arahan kurikulum dan wajib mengikuti modul pelatihan dari ASS yang berpusat di London, Inggris.

Edwin Yusman