Cerita Seru Dari Kampung Catur (2)

By nova.id, Jumat, 19 Maret 2010 | 03:18 WIB
Cerita Seru Dari Kampung Catur 2 (nova.id)

Cerita Seru Dari Kampung Catur 2 (nova.id)
Cerita Seru Dari Kampung Catur 2 (nova.id)

"Chess pen merupakan salah satu koleksi catur yang berukuran mungil (Foto:Henri Ismono/Nova) "

Masing-masing koleksi Pepih memiliki keunikan masing-masing. Ada catur terbuat dari batu onix yang dipesan di Tulung Agung. Ada pula catur gelas yang digambar buah-buah catur. Kali ini ia tidak pesan tapi tak sengaja mendapatkannya. Kala itu, ia sebenarnya ingin belanja di toko alat rumah tangga. Ternyata, ia menemukan "harta karun" berupa catur gelas. "Harganya pun masih terjangkau, Rp 300 ribu. Langsung saja saya sergap," tutur suami Tantri Sulastri ini.

Ada lagi catur tokoh film kartun Bart Simpson, catur warna-warni, catur berpapan bundar, catur mini berukuran sekitar 6 x 6 cm. Catur mini ini, "Sebenarnya chess pen, sebuah bolpoin yang dimodifikasi papan catur yang bisa dilipat. Catur ini hadiah dari seorang teman," kata Pepih.

Pepih mengaku, ketika bertugas ke luar negeri, bila ada waktu, ia akan menyempatkan diri mencari papan catur khas negara itu. Maka, di lemari yang khusus menyimpan sekitar 40-an koleksi caturnya, terdapat catur dari berbagai negara. Misalnya saja dari Hongkong, Cina, Rumania, Belanda, India, dan Prancis. Meski demikian, Pepih mengaku tak mau ngoyo. Artinya, koleksi itu didapat sesuai dengan kantongnya.

"Makanya ketika tugas di Rusia, saya tak membeli catur setempat. Harganya mahal sekali untuk ukuran dompet saya. Di berbagai negara, harga catur memang mahal, apalagi yang dijual di toko kerajinan. Jadi, saya cukup mengagumi. Dulu, di tahun 90-an saat awal mengoleksi catur, saya pernah melihat catur blangkon di Malioboro. Harganya saat itu Rp 350 ribu. Karena uangnya enggak cukup, saya enggak beli. Sialnya, sekarang catur blangkon tidak saya temukan lagi," jelas Pepih.

Menurut Pepih, ia tetap akan terus memburu papan catur sepanjang dananya cukup. Baginya, papan catur memang memberi keindahan tersendiri. Itu sebabnya, hampir setiap ada kesempatan, Pepih memandangi koleksinya yang terpajang rapi di lemari khusus. "Catur-catur itu sarat dengan nilai seni," katanya.

Henry Ismono