Cepatnya nyala api melelehkan lilin sungguh berlawanan dengan proses pembuatan penerang berbahan parafin itu, yang membutuhkan waktu lama. Lilin Imlek sendiri punya berbagai ukuran, mulai dari yang kecil ukuran 5 kati, sampai yang ribuan kati (1 kati=6 ons, Red.). Yayasan Budha Dipa di Desa Arcawinangun, Kec. Purwokerto Timur, Purwokerto merupakan salah satu produsen lilin yang digunakan untuk keperluan ibadah di wihara, termasuk saat perayaan Imlek.
Di tempat produksi lilin Dipa yang terletak di bagian belakang wihara, proses pembuatan lilin dimulai dari memasak parafin lokal, impor dan bahan pengeras lilin, dengan perbandingan 2:1:1. Untuk parafin yang jumlahnya satu drum besar, lama memasak bisa memakan waktu dua jam. Sambil menunggu seluruh bahan mencair, Amin (20) dan Rolis (24), dua pekerja di Dipa, menyiapkan sumbu. Selebihnya, membuat sumbu dan mendempul merupakan proses yang paling lama.
"Kalau mencetaknya sih, cepat," ujar Rolis yang baru dua bulan menjadi karyawan Dipa. Membuat sumbu dimulai dengan mengukur benang sumbu dengan patokan ubin keramik ukuran 30 cm. Untuk lilin ukuran 10 kati, butuh benang 8 ubin, ukuran 15 kati butuh benang 15 ubin, dan 200 kati butuh 8 benang, masing-masing 20 ubin. Benang dipelintir dengan alat khusus, lalu diikatkan ke tutup cetakan. Ujung cetakan kemudian didempul dengan lilin cair.
Setelah dempul mengeras, cairan lilin dituang ke cetakan. "Setelah itu harus segera dimasukkan ke dalam drum berisi air, supaya lilin cepat dingin dan dempul tidak bocor," ujar Amin. Semakin besar lilin yang dibuat, semakin lama direndam dalam air, agar lilin benar-benar sudah keras ketika diangkat. Lilin ukuran 10-15 kati biasanya direndam seharian, sore sudah jadi. Sedangkan lilin ukuran 200 kati baru boleh diangkat dari cetakan dua hari berikutnya, dan ukuran 500 kati direndam selama lima hari.
"Kesulitan dalam pembuatan lilin relatif tidak ada. Hanya saja, kadang-kadang lilin patah saat dikeluarkan dari cetakan, padahal proses pembuatannya sama dengan yang lain. Itu yang saya enggak tahu penyebabnya. Kalau sudah patah sebal juga, karena harus mengulang dari awal," imbuhnya. Lantaran prosesnya cukup lama, tak banyak lilin yang bisa diproduksi dalam sehari.
Misalnya, hanya 1-2 pasang ukuran 20 kati , 6 pasang ukuran 10-15 kati, dan belasan pasang ukuran yang lebih kecil untuk satu hari produksi. "Karena itu, pemesanan lilin yang besar butuh waktu lama. Yang ukuran 500 kati bisa 1-2 minggu, karena bikinnya per pasang dan tergantung banyaknya pesanan," imbuh Amin. Selain dari Purwokerto, pemesan juga datang dari Bandung, Cilacap, Tegal, Semarang, bahkan Jakarta.
Pemesan memang berasal dari luar kota, tapi biasanya mereka menyalakannya di wihara di Purwokerto. Soal harga, Dipa mematok harga Rp 14.500 per kati untuk sepasang lilin. Jadi, lilin ukuran 5 kati harganya Rp 72.500, 200 kati dijual seharga Rp 2.900.000, dan yang 500 kati Rp 7.250.000. "Saat ini, yang paling banyak dipesan adalah ukuran 2,5, 10, 15, dan 20. Pesanan 200 kati juga banyak," timpal Rolis. Ia menambahkan, menjelang Imlek kali ini pesanan mencapai lebih dari 1.000 buah lilin dari berbagai macam ukuran.
Hasuna Daylailatu