Tiga Anak di Kudus Positif Terinfeksi HIV/AIDS

By nova.id, Senin, 25 Januari 2010 | 23:32 WIB
Tiga Anak di Kudus Positif Terinfeksi HIV AIDS (nova.id)

Tiga anak di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng), diketahui positif terjangkit HIV/AIDS. Saat ini ke-tiga anak tersebut masih dalam pengobatan, kata Kabid Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kudus Abdul Aziz Achyar, Senin (25/1/2010).

Abdul menuturkan, usia mereka masing-masing 4,5 bulan, 7 tahun, dan 5 bulan. "Kuat dugaan mereka tertular ibunya yang sudah terinfeksi virus mematikan itu sejak masih di kandungan," katanya.

Hanya saja, kata Aziz, salah seorang dari ketiga anak itu belum diketahui keberadaannya, karena ikut pindah bersama ibunya.

"Kami tetap akan melakukan penelusuran dengan menerjunkan tim 'surveillance' dari Dinkes Kudus, karena penderita HIV/AIDS yang tidak mendapatkan pengobatan, pertumbuhan virusnya akan semakin cepat," jelas Abdul.

Apabila ditemukan, tambah Abdul, pihaknya akan segera melakukan penanganan, termasuk memfasilitasi pengobatan ke Rumah Sakit Kariadi Semarang. "Penderita yang lain juga akan dipantau perkembangan kesehatannya," ucapnya.

Untuk mendampingi para penderita, lanjut Abdul, Dinkes Kudus melibatkan tim sukarela dari kelompok sebaya. "Kelompok inilah yang menemani para penderita berobat ke Semarang, termasuk dalam berkonsultasi dengan tim medis," kata menjelaskan.

Selain tiga anak tersebut, tercatat total penderita HIV/AIDS di Kudus mencapai 15 orang. Sebagian besar penderitanya dari kalangan ibu yang tertular suami.

"Penyebab karena tertular suami ada enam kasus. Bahkan, ada nenek yang berusia 68 tahun tertular suaminya. Ada pula ibu yang mengandung tiga bulan," ungkap Abdul.

Ia berharap masyarakat ikut berperan serta mencegah meluasnya virus mematikan ini, dengan cara-cara atau pola hidup sehat dan menghindari perzinahan. "Sebagian besar potensi penularannya karena hubungan heteroseksual dan penggunaan jarum suntik," katanya.

Selain itu, Abdul juga berharap penderita HIV/AIDS jangan sampai mendapatkan perlakuan diskriminasi dalam pergaulan di masyarakat. Dengan bergaul dan kontak fisik dengan penderita ini, tidak akan tertular.

"Jika penderita itu tetap tinggal, maka kami tidak akan kesulitan melakukan pemantauan. Kami berharap, mereka tidak diusir warga," tandas Abdul.Ant