Belajar Dahulu, Beli Mesin Kemudian (1)

By nova.id, Kamis, 14 Januari 2010 | 17:06 WIB
Belajar Dahulu Beli Mesin Kemudian 1 (nova.id)

Belajar Dahulu Beli Mesin Kemudian 1 (nova.id)
Belajar Dahulu Beli Mesin Kemudian 1 (nova.id)
Belajar Dahulu Beli Mesin Kemudian 1 (nova.id)

"Salah satu model mesin yang didatangkan langsung dari China (Foto: Daniel Supritono/Nova) "

Hidayat dan teman-temannya juga menyediakan diri sebagai 'konsultan' bisnis. Tak sekadar memberikan masukan tentang perhitungan bisnis (lihat boks), mereka juga akan mendatangi pembeli mesinnya untuk melakukan serangkaian pengecekan, mulai dari proses pembuatan sampai tampilan stan. "Kadang, kan, stan tidak 'kelihatan' atau kalah dengan stan lainnya. Nah untuk menarik perhatian, misalnya apa perlu dipasang, seperti standing banner atau hiasan biar stan kelihatan lebih eye catching."

Soal pendampingan memang menjadi perhatian utama Hidayat dan kawan-kawannya. "Usaha yang kami geluti ini, kan, dasarnya UKM, maka kami harus ikut aktif mendampingi." Pun, dalam proses pendampingan itu, Hidayat tak akan pelit berbagi. "Prinsip kami, memberi sebanyak-banyaknya," jelas Hidayat yang terinspirasi dari komunitas Tangan Di Atas (TDA) yang diikuti. "Prinsip TDA, kan, lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah. Soal apa balasannya, biar Tuhan yang mengaturnya. Meski saya anggota pasif, saya mencangkok prinsip mereka bagaimana membagi apa yang kami punya dengan para UKM."

Tentang perawatan pasca pembelian juga sangat diperhatikan. "Jangan sampai orang tidak dagang gara-gara mesin tak berfungsi atau rusak. Mereka ini, kan, wirausaha. Kalau enggak jualan, berarti tidak ada pemasukan," sela Rudi, sang teknisi yang jebolan ITS ini. Rudi berjanji, untuk area Jabodetabek, semua keluhan akan ditindaklanjuti maksimal sehari kemudian. "Kalau mesin rusak, kami pinjami dulu. Setelah mesin selesai diservis baru ditukar lagi."

Sukrisna/NovaFoto: Ahmad Fadillah/Nova