Jasa Baik BosTerus terang, Papa selama ini seperti orang asing bagiku. Kenangan manisku yang tersisa bersama Papa di waktu kecil hanyalah ketika Papa membawakan kado atau buah tangan bila pulang bepergian. Aku tidak pernah merasakan sebagai anak artis terkenal.
Aku merasa tidak mengenal sosok Papa kendati Mama pernah mengingatkan, "Suka enggak suka, benci enggak benci, itulah papamu. Kamu harus menengok." Tapi kesibukanku selama ini, tak memungkinkanku mengunjunginya sampai dia jatuh sakit.
Nah, kebetulan bosku, Mbak Siane Indriani, punya teman dekat seorang wartawan di Surabaya. Mereka terus berkomunikasi. Dari Mbak Siane aku dapat nomor telepon Papa. Ketika kutelepon, Papa menangis sesenggukan. "Alhamdulillah!" seru Papa yang saat itu mengabarkan sakitnya. Aku jadi ikut-ikutan menangis. Dari sanalah aku merasa Papa benar-benar mencariku. Papa semakin menangis ketika kuceritakan aku sudah menikah dan punya anak.(Bersambung)
Rini Sulistyati