Total, kebakaran di M-City menelan 20 korban jiwa. Di antaranya, Irma Nurazzanah (22), warga Jalan Sentosa dan Desi Novriyanti (25), warga Jalan Bromo Medan. "Tak tahu lagi bagaimana nasib kami nanti. Apalagi, adik Silvi masih kecil-kecil," kata Nana (50), ibunda Silvi alias Desi. Perempuan itu terlihat masih syok.
Dikisahkan Nana, selepas SMA, Silvi langsung mencari pekerjaan. Sulung dari enam bersaudara ini ingin bisa membantu ekonomi keluarga. "Dia bekerja sebagai kapten restoran di sebuah hotel. Penghasilannya lumayan. Dia bisa membantu adik-adiknya dan membayar uang sewa rumah kami."
Dari kecil, lanjutnya, Silvi tak pernah menyusahkan ibunya. "Dia enggak mau keluarganya hidup susah. Dia selalu mencoba mencari jalan untuk membantu keluarga." Banyak kenangan yang membuat Nana senantiasa teringat akan putri sulungnya itu. "Dia, kan, kos di dekat kantornya. Kalau dia pulang, dari ujung gang sudah berteriak lantang. 'Mak, aku datang. Assalamualaikum!' Kemarin pagi, saya seakan mendengar suaranya itu," ungkap Nana sambil menyeka air matanya.
Nana pun masih "penasaran", karena hingga kini belum menemukan dompet dan perhiasan Silvi. "Saya tak tahu harus ke mana mencarinya. Hanya sebuah liontin yang kami temukan. Cincin, anting, gelang, dan kalung Silvi hilang entah ke mana. Padahal, niatnya akan kami simpan sebagai kenang-kenangan karena perhiasan itulah yang menemani Silvi hingga dijemput ajal," kata Nana.
Pertemuan terakhir dengan Silvi, menjadi kenangan paling indah bagi Nana. "Saat Lebaran Haji kemarin, dia pulang. Semua adiknya dikasih uang. Setelah itu, kami semua diajak ke swalayan untuk jajan dan membeli berbagai kebutuhan rumah. Mulai minyak sampai sabun. Padahal, semuanya masih ada, tapi dia tetap beli. Sampai sekarang, semua yang dibelinya itu belum saya pakai. Saya enggak tega melihatnya. Saat itu dia juga bilang, ingin membuat pesta ulang tahunnya, 19 Desember depan. Padahal, biasanya dia enggak mau merayakan ulang tahun."
Gagal Menikah
Suasana di rumah keluarga Irma pun masih terkesan murung. Senin itu (7/12), sebuah karangan bunga duka cita masih berdiri di halaman rumah. "Ibunya masih sedih, terus-terusan pingsan," kata ayah mendiang, M. Idris (58), yang terlihat tegar. Ayah dari 10 anak ini bertutur, kepergian Irma sungguh merupakan pukulan berat. "Dia sangat periang dan selalu ceria. Karena dialah rumah ini ramai oleh kecerewetannya," kenang Idris.
Sebagai anak ke-tujuh dari 10 bersaudara, Irma dikenal pemberani dan aktif berolahraga. "Dulu dia ikut pencak silat dan voli. Setelah lulus SMA, dia paling berolahraga di rumah. Dia beli semua perlengkapan olahraga itu sendiri dari hasil bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl. Red.). Kalau pagi, usai salat Subuh, dia langsung berolahraga. Lihat saja itu, di atas pintu masuk, dia pasang besi di situ sebagai alat latihan pull-up," terang Idris.
Di saat senggang, lanjut sang ayah, Irma membantu ibunya berjualan nasi di simpang, tak jauh dari rumah. "Dia pernah bilang, usaha itu perlu dikembangkan. Katanya, dia akan bantu cari modalnya. Belum terlaksana, dia sudah keburu dipanggil Yang Maha Kuasa."
Yang membuat orangtua Irma makin terpukul, putrinya itu sudah berencana naik pelaminan. Sudah setahun belakangan ini, Irma mempunyai hubungan istimewa dengan seorang pria yangg tinggal di Jakarta. "Rencananya, tahun depan mereka kawin. Sebenarnya calon suaminya sudah meminta untuk tunangan dulu tapi Irma menolak. Ia memilih langsung menikah."
Sama seperti yang dirasakan Nana, Idris pun mengaku kurang dihargai oleh pemilik atau pengelola M-City. "Tak ada pihak mereka atau perwakilannya yang datang untuk sekadar memberi ucapan berbela sungkawa. Padahal, kami enggak akan minta apa-apa,."
Edwin Yusman F