Seingat Neneng, kendati berdarah-darah, pakaian Febri masih rapi. "Dia pakai celana Hawai dan blus putih. Melihat dia berdarah, saya gemetar. Takut! Saya lihat Febri yang semula terhuyung lalu jongkok dan jatuh. Saat itulah saya lihat lehernya sudah menganga. Darah mengucur. Kontan saya teriak minta tolong. Beberapa tetangga datang, lalu mencari angkot kosong. Selama itu juga enggak ada yang berani mendekat. Kami mengira Febri bunuh diri. Enggak lama kemudian, ada tetangga yang membawa mobil bak terbuka. Suami saya dan tetangga lain mengurus membawanya ke rumah sakit."
Usai itu, kondisi perumahan sepi. Selang setengah jam kemudian, lanjut Neneng, "Ada asap mengepul dari rumah Pak Yanto. Saya kaget sekali. Apinya cepat membesar. Saya kembali teriak-teriak, tapi kaum lelaki di perumahan masih berada di rumah sakit. Saya yang masih gemetaran enggak bisa berbuat apa-apa. Saya takut rumah saya ikut terbakar sebab rumah Bu Yuni juga sudah kebakar. Hanya mobil Bu Yuni yang sempat diselamatkan warga. Plafon rumah saya juga sudah kebakar sedikit."
Beruntung mobil pemadam kebakaran segera datang dan memadamkan sumber api. "Setelah api padam, ternyata ada plafon sekolah di belakang rumah Pak Yanto yang pecah. Jadi, sekarang ini kami yakin, pelaku pembunuh Febri dan yang membakar rumahnya, masuk dan keluar lewat tembok belakang rumah Pak Yanto. Di sana, kan, memang masih ada halaman kecil. Anehnya, Moli, anjing Pak Yanto, tidak menggonggong sebelum dan sesudah kejadian. Padahal, biasanya dia menggonggong kalau ada orang tak dikenal. Si Moli hanya mengikuti Febri ke taman waktu dia berdarah-darah."
Masih menurut Neneng, gosip perselingkuhan antara Sriyatun dan sopir angkot sudah lama diketahui warga perumahan. Bahkan, beberapa waktu lalu, si sopir angkot dengan kondisi mabok pernah mendatangi Sri sembari teriak-teriak. "Sri tidak berani keluar rumah. Sopir itu lompat pagar segala. Lalu saya peringatkan dia. Eh, saya malah diancam. Sejak saat itu, sopir angkot itu tidak datang lewat pintu depan. Katanya sih, lewat tembok belakang."
Rini Sulistyati