Kisah Heroik Sang Ibu: "Saya Kasihan Sama Emak..." (1)

By nova.id, Jumat, 6 November 2009 | 17:03 WIB
Kisah Heroik Sang Ibu Saya Kasihan Sama Emak 1 (nova.id)

Kisah Heroik Sang Ibu Saya Kasihan Sama Emak 1 (nova.id)
Kisah Heroik Sang Ibu Saya Kasihan Sama Emak 1 (nova.id)

""Saya tidak ikut memperkosa," kata Poniran alias Bejo, salah satu pelaku yang berhasil dibekuk polisi. "

Dalam kegelapan, Wj dan anak bungsunya, Lia, hanya bisa ketakutan. Sang suami, Mardi, hanya pulang seminggu sekali dari tempat kerjanya di perkebunan milik Perhutani. Anak nomor duanya sedang di Malang. "Kami berdua duduk di tempat tidur sambil ketakutan. Apalagi selintas saya lihat, si pelaku bawa senjata tajam."

Si penjahat menanyakan tempat Wj menyimpan uang dan perhiasan sambil membentak dan mengancam akan membacok. "Sambil gemetaran, saya jawab, seumur-umur tak pernah punya emas. Aku ini orang miskin, untuk makan saja susah." Salah satu perampok itu tak percaya, lalu meraih kepala Lia dan meraba anting di telinga gadis kecil tersebut. "Dia mau menarik anting emas seberat 0,5 gram itu dari teliga Lia. Saya bilang, jangan ditarik, biar Lia melepas sendiri antingnya," kata Wj yang tidak bisa mengenali wajah pelaku karena menggunakan penutup wajah.

Dengan penerangan korek api gas yang dinyalakan pencuri, Wj melepas perhiasan emas satu-satunya yang dimilikinya, lalu menyerahkan ke perampok. "Tangan saya gemetar dan terus menangis karena takut." Ternyata para penjahat itu belum puas dan tak percaya Wj tak punya uang.

"Saya diseret ke kamar sebelah, disuruh membuka lemari dan membongkar semua isinya. Karena tak mendapatkan barang lagi, mereka jadi makin beringas. Katanya, kalau tidak ada ada uang atau barang, anak saya saja yang diperkosa."

Tubuh kecil Lia sempat ditarik salah satu penjahat. Melihat anaknya dalam bahaya, ibu bertubuh subur dan berkulit gelap itu berusaha mati-matian melindungi Lia dengan cara merengkuhnya. "Jangan sentuh anakku. Dia masih kecil, jangan rusak masa depannya," kata Wj mengulang ucapan yang disampaikan pada penjahat, malam itu.(Bersambung)

Gandhi Wasono M.