Pelaku Rindu Menimang Anak (2)

By nova.id, Selasa, 6 Oktober 2009 | 17:20 WIB
Pelaku Rindu Menimang Anak 2 (nova.id)

Pelaku Rindu Menimang Anak 2 (nova.id)

"Sri Rahayu yang sempat merasa bersalah amat bersyukur Haikal berhasil ditemukan. "

Meski begitu, Latifa tetap saja ikut lomba. "Saya dan peserta lain, masing-masing diberi uang Rp 100 ribu untuk belanja. Nanti, hasil belanja menjadi milik peserta. Agar tidak repot saat belanja, Haikal saya serahkan ibu saya. Gilang juga saya tinggal," ujar Latifa yang cepat-cepat belanja.

Cari Di Stasiun & TerminalUsai belanja, langsung saja Latifa menemui sang ibu dan berniat melanjutkan tahapan lomba. Alangkah kagetnya ibu dua anak ini tatkala melihat ibunya kebingungan karena Haikal tak lagi dalam gendongannya.

Ternyata, saat Latifa belanja, "Gilang berniat menyusul ibunya," sambung Sri Rahayu, ibunda Latifa. "Gilang lari menuju eskalator. Saya takut dia terjepit, makanya sambil menggendong Haikal, saya mengejar Gilang."

Melihat kerepotan Sri, wanita yang mengaku Ratna, menawarkan jasa baiknya. "Ia bersedia menggendong Haikal. Saya sama sekali tidak curiga. Haikal pun saya serahkan padanya. Segera saya mengurus Gilang. Saat itulah dia tiba-tiba menghilang," ujar Sri yang kemudian bertemu Latifa.

Ratna tak kelihatan lagi batang hidungnya. Sadarlah Latifa dan ibunya, "Haikal jadi korban penculikan. Saya stres sekali," timpal Latifa. "Saya cari ke semua sudut ITC tapi enggak ketemu. Langsung saja kami lapor ke pihak security ITC. Pikiran saya sungguh kalut. Karena sangat stres, saya sempat lemas dan pingsan."

Saat Latifa pingsan di ruang keamanan, Sri Rahayu bertindak cepat. Diantar petugas keamanan, "Saya langsung melaporkan kejadian ini ke Polres Depok. Saya bersyukur, polisi cepat bertindak. Mereka langsung ke TKP," imbuh Sri.

Setelah sadar, Latifa menyusul ke Polres Depok. Ia diajak Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), AKP Ana Rohana, SH ikut mencari Haikal. "Saya diajak ke stasiun dan terminal di Jakarta. Polisi khawatir, Haikal dibawa ke luar daerah. Pintu-pintu keluar menuju luar kota diawasi polisi. Sungguh saya capek dan sedih ingat anak saya."

Kala itu Latifa menduga, anaknya jadi korban sindikat penjualan bayi. "Tak mungkin dia menculik karena ingin minta tebusan. Dia tahu, kok, kondisi rumah saya. Kami bukan orang kaya. Rumah saya pun sempit. Dan, Ratna memang tidak menelepon saya."

Sampai di rumah dinihari, tubuh Latifa begitu lunglai. "Ibu saya lebih menderita lagi. Ia merasa bersalah karena menyerahkan Haikal pada penculik. Pokoknya, malam itu kami tidak bisa tidur. Saya terus menangis. Payudara saya sakit, ASI-nya terus keluar. Saya merasa, saat itu Haikal pasti sedang menangis," ujar petugas kebersihan sebuah rumah sakit itu.

Keesokan harinya, pencarian dilanjutkan. "Ditemani adik, saya mencari-cari ke stasiun dan terminal di Depok, sedangkan suami saya mencoba tanya ke orang pintar. Hasilnya nihil," kata Latifa yang tak putus berdoa. "Kalau Haikal memang rezeki saya, Tuhan pasti akan mengembalikannya."

Doa Latifa dijawab Allah. Rabu (30/1) pagi, usai diwawancarai stasiun teve secara live, "Adik saya telepon. Dia mengabarkan, ada orang ke rumah, sambil membawa baju kodok yang dipakai Haikal saat hilang. Buru-buru saya pulang. Betapa senangnya ketika saya mendengar, pelakunya sudah berhasil ditangkap polisi. Lebih bahagia lagi, Haikal juga sehat. Melihat saya, Haikal menangis. Rupanya dia minta ASI."

Kisah pun berakhir bahagia. Haikal kembali ke pelukan sang bunda. "Sekarang, saya akan ekstra hati-hati menjaga dia. Lewat pengalaman ini saya berharap, ibu-ibu yang lain harus waspada. Pokoknya, berhati-hati menjaga buah hati Anda. Jangan gampang percaya pada orang lain."

Kembali Latifa menciumi buah hatinya yang lahir dengan berat badan 2,7 kg dan panjang 45 cm ini. "Saya tak mau pisah lagi dengan Haikal," katanya dengan wajah berbinar.Henry Ismono