Remaja ini sungguh luar biasa. Ia punya cita-cita pensiun di usia 25 tahun! Hebatnya, ia sangat meyakini cita-citanya terwujud. Ia adalah Billy Budiman, remaja berusia 17 tahun yang memang sudah menyusun rencana masa depan dengan matang sejak usia anak-anak. Jarang ada remaja seusianya yang sudah punya "kekayaan" seperti Billy. Rumah mewah dan beberapa properti sebagai investasi sudah dimiliknya. Semua didapat dari hasil permainan saham.
Sejak usia 10 tahun, Billy sudah bermain saham. "Saya sebenarnya punya cita-cita jadi pemain bola. Karena orangtua khawatir, saya justru diminta bermain saham," cerita Billy. Kebetulan saat itu orangtua Billy punya saham gratis dari perusahaannya. Dengan bimbingan pamannya, Billy mulai mempelajari trik angka-angka untuk bermain saham. Billy pun mulai melakukan simulasi permainan saham. Bekalnya hanya feeling saja.
Setelah beberapa kali "menang" dalam simulasi, akhirnya pada tahun 2002 sang ayah memberinya modal yang tak sedikit. Meski sempat gagal, Billy justru makin penasaran. Setelah merasa yakin, tahun 2005 Billy kembali terjun ke pasar saham. Tahun pertama ia langsung mendapat untung 200 persen. Sampai puncaknya pada tahun 2008 ketika bursa sedang naik-naiknya.
Hanya saja, ketika menginjak bulan Juni indeks mulai turun. Beberapa analis saham memprediksi bursa saham akan naik 30 persen lagi. Langkah yang diambil Billy cukup berani, mengingat aksinya bertentangan dengan banyak pendapat analis senior.
Namun, instingnya terbukti benar. Ketika saham mulai bergerak naik perlahan, saat itulah Billy beraksi dengan memborong saham. Sehari kemudian, tepatnya 28 Oktober 2008, indeks naik 20 persen. Saat itulah nama Billy sebagai analis saham mulai dikenal luas.
Billy pun kini sudah punya tim khusus untuk menopang kiprahnya. Maklum sejak dikenal sebagai analis saham, Billy kerap diminta menjadi pembicara workshop soal saham. Bahkan kini, Billy dan timnya sedang menyiapkan program teve sendiri. Ia juga akan mendirikan Learning Centre Saham.
Kendati demikian, Billy mengaku tetap bisa bergaul seperti layaknya remaja lain. "Saya memang sibuk, tapi saya bukan remaja kuper."
SUKRISNA