Bencana Dari Kampung Dewata

By nova.id, Senin, 1 Maret 2010 | 07:21 WIB
Bencana Dari Kampung Dewata (nova.id)

Bencana Dari Kampung Dewata (nova.id)
Bencana Dari Kampung Dewata (nova.id)
Bencana Dari Kampung Dewata (nova.id)

"Para pengungsi saling menguatkan satu sama lain (Foto:Edwin Yusman/Nova) "

"Badan saya lemas. Meski tubuh enggak ada luka, tapi batin saya amat terluka. Saya ingin tetap di sini menunggu mereka. Tentu saya ingin ada keajaiban, mereka ditemukan selamat. Tapi, melihat kondisi bencana, rasanya tidak mungkin mereka selamat. Tadi pagi sampai siang, saya melihat petugas mencoba mencari mereka, tapi belum juga ketemu."

Penantian yang sama juga dirasakan Mia (36) yang kehilangan suami terkasih, Juju Rustandi. Mia masih ingat betul, hari sebelumnya sang suami yang bekerja di bagian administrasi perkebunan pulang dini hari karena lembur. "Dia membangunkan saya untuk salat. Sebelum tidur, suami saya sempat ke masjid dekat rumah. Dia azan, kemudian salat."

Setelah itu, sang suami terlelap. "Saya sempat memberinya selimut. Pagi-pagi saya sudah berangkat kerja," kata wanita pemetik teh ini. Tak lama kemudian, Mia juga mengalami musibah yang sama. Ia sempat melihat longsoran tanah menyapu pohon teh. Ia juga melihat longsor begitu cepat datang. Tapi, kejadian begitu cepat. Ia ikut terseret longsor sampai akhirnya terdampar di sungai. Salah seorang kerabat menolongnya.

"Saya memang selamat, tapi suami saya entah bagaimana nasibnya. Ia suami yang baik. Selama kami menikah ia tak pernah menyakiti hati saya. Ia juga karyawan yang baik. Beberapa waktu lalu, ia terpilih sebagai salah satu karyawan teladan. Mudah-mudahan, dia cepat ditemukan, baik hidup ataupun meninggal," ujarnya sendu.

Hingga Kamis (25/2) upaya pencarian jenazah masih terus dilakukan. Alat-alat berat menggaruk tanah untuk menemukan jasad para korban. Kepala dusun Kampung Dewata, Dadan (51) mengatakan, dari laporan para keluarga korban selamat, ada 45 orang yang dikabarkan hilang. "Sembilan belas di antaranya sudah ditemukan dalam kondisi meninggal. Selain itu, ada tujuh wilayah yang terisolasi gara-gara longsor.'

Henry Ismono, Edwin Yusman F.