Kepergian Reni memang tak didahului dengan pertanda yang aneh-aneh. Terakhir kali aku berbicara dengannya, Kamis, saat ia pamit ke Palembang untuk urusan bisnis. Jumat malam, ia sudah kembali ke Jakarta sebelum akhirnya cekcok dan dipukul menggunakan laptop dan dibenturkan ke tempat tidur pada dini hari.
Tak ada firasat buruk yang kurasakan. Bahkan, di minggu-minggu terakhir, aku tak merasakan ada perubahan sikap pada diri Reni. Ia selalu tampak wajar, tak ada tanda-tanda kemurungan.
Bagiku, memang lebih baik begini. Pergi tanpa firasat, tanpa pertanda, dan mendadak. Sebagai penganut Katolik yang taat, aku percaya, inilah yang dinamakan jalan hidup yang digariskan Tuhan. Anakku memang milik Tuhan dan kini ia kuserahkan kembali kepada-Nya. Mungkin begini lebih baik, ketimbang ia harus hidup dalam siksaan batin dan fisik bersama suaminya.
Ayah Reni yang tampak sangat terpukul. Ia tak bisa konsentrasi bila diajak bicara. Apalagi, suamiku cenderung temperamental. Selama ini aku yang menerima tamu pelayat. Reni anak yang supel dan punya banyak teman, makanya pelayat terus berdatangan. Bahkan, di peringatan 7 hari, rekan Reni dari Bali datang dan ikut berdoa.
Kini aku hanya bisa berharap doa dari semua orang demi ketenangan Reni. Aku tak mau mengecewakan Reni, seperti Reni yang selalu tak ingin mengecewakan orang lain. Lebih baik aku memfokuskan diri untuk membesarkan dan mendidik ketiga cucuku dan menyerahkan nasib ayahnya pada proses hukum.
SELALU TERLIHAT ROMANTIS
Di mata tetangganya, pasangan Joseph-Reni yang sudah menjadi warga kompleks Deplu selama 5 tahun, adalah pasangan yang rukun. "Ke mana-mana berdua dan selalu tampak mesra. Kalau jalan, berangkulan. Pokoknya, siapa pun enggak akan menyangka ada masalah rumah tangga," kata Sartono.
Keduanya dikenal sebagai pengusaha yang sibuk. Meski rumah mereka berhadapan, Sartono pemilik warung telekomunikasi di depan rumahnya, mengaku jarang bertemu. "Tiap hari mereka pergi pagi dan pulang malam, naik mobil pula. Jadi, kami jarang bertatap muka." Meski sibuk, Reni selalu bersikap baik dan ramah. Setiap pulang dari perjalanan luar kota, ia kerap membawakan oleh-oleh untuk keluarga Sartono.
Saat tragedi itu terjadi, Sartono mengaku tak mendengar keributan apa pun. Bahkan, satpam yang bertugas di kediaman Reni dan pembantu rumah tangga pun, tak tahu-menahu. Sartono baru mengetahui ada insiden terjadi di rumah mewah tetangganya itu setelah petugas kepolisian mendatangi rumahnya pada pukul 06.00 untuk menginterogasi.
Setelah Joseph Refo diamankan polisi, ketiga anak Joseph-Reni diungsikan ke rumah orangtua Reni di kawasan Bintaro. Rumah mewah bertingkat itu pun tampak sepi. "Satpam dan pembantunya juga tak ada lagi. Enggak tahu ke mana," kata Sartono.
Dari hasil pemeriksaan sementara polisi, Joseph ditengarai melakukan KDRT hingga menyebabkan Reni tewas. Penyebabnya? "Yang jelas bukan soal ekonomi. Kemungkinan masalah rumah tangga," begitu keterangan polisi. Dari sejumlah sumber didapat keterangan, pemicu pertengkaran mereka adalah perselingkuhan yang dilakukan Joseph. Bahkan, ada yang mengatakan, saat Reni berada di Palembang untuk keperluan bisnis (Jumat, 19/2), ia mendapat ancaman lewat SMS. Entah siapa pengirimnya, belum jelas benar.
Yang pasti, ketiga anak Reni amat terpukul dengan kepergian sang bunda yang begitu tiba-tiba. Beberapa hari lalu, saat ada acara di sekolahnya, Emily yang memiliki suara maerdu, maju saat ditanya siapa yang ingin menyumbangkan suara. Gadis cilik ini pun bersenandung tentang kasih ibu kepada anaknya, sambil tersedu.
Sita Dewi