Yang kini menjadi problem adalah bagaimana kelanjutan dari pemakai dan pembuat batik. "Apakah anak-anak muda ada yang masih mau membatik? Rata-rata, kan, mereka lebih senang memilih kerja di pabrik dibanding membatik. Bandingkan dengan di Jepang, orang di sana bangga bisa membuat kimono sendiri."
Tapi, pengrajin harus jujur dan jangan menipu konsumen. "Kalau yang dijual batik printing, ya, bilang itu memang printing. Jangan sebaliknya printing dibilang cap agar dapat untung lebih banyak. Pelan-pelan konsumen makin pintar dan lebih kritis, lho. Jangan khawatir, setiap produk pasti ada segmennya masing-masing."
Komisaris Utama di Studio One ini menemukan banyak pedagang yang tidak jujur. "Kadang saya suka marah, lalu saya tunjukkan pada mereka ketidakjujuran tersebut. Ambil saja benangnya dan bakar, kalau batik asli berdebu, kalau batik yang sudah kena kimia, bau asapnya lebih asam. Jangan salah, lho, pedagang di pameran pun ada yang tidak jujur. Makanya mereka harus diberi pendidikan, pelan-pelan dikasih tahu pentingnya mencintai produk sendiri. Kadang, kan, konsumennya enggak ngerti mau saja membeli batik karena harganya mahal."
Rencananya, di tahun 2010 ini YBI akan melakukan Batik Summit yaitu mengundang pakar-pakar dari luar negeri. "Rencana ini memang sempat ditunda 2 kali karena susah mencari sponsor. Kalaupun acara ini tidak jadi, pasti ada kegiatan lain. Misalnya tahun lalu, membuat acara pameran batik Ibu Obama. Pokoknya, batik, kan, lagi naik, tinggal bagaimana membuatnya menjadi menarik." Yang menarik," Di sekolah di Jawa Tengah pelajaran membatik sudah menjadi kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan tersebut, kan, lama-lama bisa menumbuhkan kecintaan akan batik."
Hasuna Daylailatu, Noverita K. Waldan