Sudah Lumpuh, Dianggap Sakit Jiwa

By nova.id, Senin, 15 Februari 2010 | 00:43 WIB
Sudah Lumpuh Dianggap Sakit Jiwa (nova.id)

Amri (40) penderita sakit lumpuh dari lingkungan So`do, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat yang sedang menjalani perawatan medis di RSUD Mamuju kian terguncang setelah dokter setempat mendiagnosa dirinya mengalami "Sakit Jiwa" (gila).

"Seminggu saya menjalani perawatan di RSUD karena penyakit lumpuh, namun tiba-tiba dokter ahli penyakit dalam, dr Arif Ibrahim yang menangani saya menyarankan untuk menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Jiwa di Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan," kata Amri, saat ditemui di RSUD Mamuju, Minggu.

Ia terkejut mendengar permintaan dokter tersebut karena telah menyarankan untuk segera dirujuk ke rumah sakit jiwa jika ingin mencari kesembuhan secara total. "Saya tidak tahu, kenapa dokter menyarankan seperti itu, padahal saya masih merasa cara berfikir hingga saat ini masih normal dan masih berkelakuan yang wajar," katanya.

Pernyataan dokter yang meminta untuk segera menjalani perawatan di rumah sakit jiwa telah mengganggu dirinya secara psikologis bahkan keluarganya pun ikut terguncang, apalagi mereka itu dari keluarga yang tidak mampu.

"Mestinya dokter tidak mengeluarkan pernyataan yang membingunkan saya, karena mau tidak mau beban derita yang saya tanggung selama ini justeru malah bertambah, apalagi kondisi saya belum sempat sembuh, tiba-tiba muncul penyakit baru yakni kelainan jiwa," tuturnya.

Dia mengatakan, sejak dirawat di RSUD Mamuju, keluarga Amri sudah tak mampu menutupi biaya karena keluarga mereka sudah menganggur yang hanya mengandalkan menambang pasir di sungai oleh istri pasien.

"kami tidak punya biaya apa-apa untuk hidup untuk menjalani perawatan di rumah sakit ini apalagi jika harus di rujuk ke tempat lain, karena kami tidak lagi bekerja," sebut Asmija, Istri Amri yang turut setia mendampinginya di RSUD Mamuju. Untuk biaya sehari-hari keluarganya selama dirawat di rumah sakit Mamuju tidak ada, meski biaya pengobatan suaminya ditanggung oleh pihak rumah sakit secara gratis.

"Sejak suami saya (Amri) menderita lumpuh akibat mengalami infeksi usus di bagian pencernaannya sejak dua tahun lalu, hanya saya yang mencari nafkah untuk suami saya itu, karena suami saya sudah tidak bisa bekerja, jangankan bekerja untuk berdiri saja sulit," katanya. Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga sudah tidak mampu lagi memberikan sesuap nasi bagi anaknya Nuramanah (6), yang juga mengalami kelainan atau cacat karena kulitnya bersisik seperti ular sejak lahir.

"Saya bekerja sebagai penambang pasir dengan upah Rp15.000 per hari, untuk memberi makan anak saya yang cacat dan suami saya yang lumpuh meski saya sendiri juga menderita penyakit gondok dan tidak lagi bekerja," ujarnya.

Namun, sejak suaminya diboyong ke rumah sakit Mamuju oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju, maka pihaknya tidak dapat berbuat apa-apa lagi, karena harus mendampingi suaminya yang dirawat di rumah sakit. "Saya sudah tidak bekerja sehingga tidak punya uang untuk hidup di rumah sakit, karena petugas medis hanya memberikan pengobatan gratis tanpa memberikan biaya hidup," katanya.

Oleh karena itu, ia meminta agar pemerintah Kabupaten Mamuju dapat memberikan bantuan dana untuk mengurangi beban hidup keluarganya yang membutuhkan selama dirawat di rumah sakit.Ant