Batik Tiga Negeri Khas Lasem

By nova.id, Jumat, 12 Februari 2010 | 17:17 WIB
Batik Tiga Negeri Khas Lasem (nova.id)

Batik Tiga Negeri Khas Lasem (nova.id)

"Perajin batik lasem semakin lihai mengolah warna untuk mendapatkan batik yang terbaik (Foto: Gandhi Wasono) "

Belakangan ini nama batik Lasem (Jateng) semakin moncer di kalangan pencinta bahkan kolektor batik nasional.

Kekuatan corak maupun warna batik Lasem ini tak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Cina. Karena keberadaannya sangat erat dengan kebudayaan Cina, maka warna maupun corak batik Lasem tak bisa dipisahkan dengan etnis Cina. Misalnya, batik klasik Lasem, bercorak burung hong, ular naga, atau lok can yaitu gambar campuran antara gambar naga, singa, dan burung hong dengan dominasi warna merah dan kuning. "Gambar dan warna itu menjadi penanda bahwa itu memang batik asli Lasem," kata Farida (30) perajin batik yang tinggal di Desa Karas Gede, Lasem (Jateng).

Selain ciri di atas, ada satu lagi yang membedakan antara perajin batik Lasem dengan perajin batik di tempat lain, yakni warna merahnya yang sangat khas. Bagi perajin batik Lasem, warna merah tersebut dikenal dengan sebutan abang getih pitik (merah darah ayam). Warna, merah ini sangat khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain, sebab, merah ini tercipta tidak semata-mata karena campuran bahan pewarna saja tapi karena ada faktor air tanah di kawasan Lasem ketika proses perwaranaan dilakukan. "Air di Lasem ini salah satu yang menjadikan warna merah pada kain batik berbeda dengan warna merah di daerah lain," ujar Wiji Soeharto (63) salah seorang perajin batik Lasem yang tersohor.

Namun dalam perkembangan zaman, tepatnya ketika zaman penjajahan, Lasem yang berada di pesisir pantai utara itu, memunculkan sebuah jenis batik yang sangat terkenal hingga saat ini, yakni batik tiga negeri. Disebut dengan istilah tiga negeri, sebab pada warna batik tersebut terdiri dari tiga warna, merah, biru indigo dan soga atau cokelat.

Yang unik lagi, disebut tiga negeri, karena dalam proses pewarnaannya dilakukan di tiga daerah. Untuk merah, pewarnaanya dilakukan di Lasem, untuk biru dilakukan di Kudus, sedang warna Soga pewarnaannya dilakukan di Yogyakarta atau Solo. Meski sebutannya tiga negeri, tapi semua proses pewarnaan tetap dilakukan di Lasem sendiri, mengingat perajin batik di Lasem sudah piawai membuat pewarnaan.

Bahkan, lanjut Wiji, batik Lasem yang bagus tidak akan luntur atau gampang pudar warnanya meski dicuci dengan deterjen sekalipun. Namun, untuk menciptakan batik yang seperti ini memang bukan sembarangan. Ada teknik dan proses tertentu yang harus dilalui. Misalnya saja, untuk mendapatkan hasil kain batik yang lembut, halus dan tidak mengerut kalau dicuci, sebelum dibatik, kain mori sebagai bahan dasar batik harus diproses berkali-kali dengan bahan tertentu yang memakan waktu hingga 20 hari lamanya. "Kalau ingin mendapatkan kain batik yang bagus, tidak bisa tiba-tiba kain putih dibatik begitu saja, tapi harus dimasak dulu, kemudian dikeringkan, dimasak lagi, dikeringkan lagi, sampai benar-benar seratnya padat. Tapi, saya akui memang tidak semua pembatik menggunakan proses demikian, karena memang kelamaan dan ada tambahan biaya," imbuh Wiji.

Karena ketaatan dengan proses pembuatan batik tersebut, batik Wiji sudah sangat terkenal di kalangan kolektor batik di mana-mana. Bahkan, salah satu kreasinya sudah dipatenkan di lembaga hak paten.

Gandhi