Ibu dua anak yang tinggal di kawasan Cibubur ini mengatakan, dalam sebulan, ia biasanya bisa memproduksi ratusan items boneka. Namun, saat Valentine seperti sekarang, pesanan dari pelanggan lebih banyak lagi. "Saya sudah punya pelanggan tetap berbagai perusahaan. Mulai dari kantor bank sampai kebun binatang," lanjut Sonya.
Selain Valentine, panen order terjadi hari Natal lalu. "Memang ini berasal dari kebudayaan Barat, ya. Di sana, di saat Natal dan Valentine, orang memberi hadiah, salah satu favoritnya ya hadiah boneka," ungkapnya. Satu lagi masa panen bagi Sonya, "Nanti menjelang Pekan Raya Jakarta. Banyak perusahaan pesan boneka untuk kepentingan pameran."
Boneka yang dibuat armada Sonya adalah, "Boneka jenis stuffed toys atau mainan yang diisi. Berbagai macam bentuk boneka saya buat. Salah satu yang abadi adalah boneka beruang. Selain itu, saya juga membuat boneka tas karakter kartun, sepatu boneka, guling bebek, bantal, dan masih banyak lagi."
Khusus boneka Valentine, tutur Sonya, pastilah yang bernafaskan kasih sayang. "Pokoknya warna pink pasti laku. Bentuknya juga, misalnya boneka beruang yang membawa aksesoris bentuk hati. Saya buat juga bantal bentuk hati dan boneka bertuliskan ungkapan kasih sayang, seperti tulisan I love you. Enaknya, boneka Valentine enggak perlu banyak model."
Sonya mengaku sudah mencicipi manisnya bisnis boneka sejak kuliah di ITB jurusan Biologi di tahun 2000. Kala itu, di saat senggang kuliah, ia melihat tren boneka Teletubbies di Jakarta, namun di Bandung belum muncul. Ia lantas membeli boneka Teletubbies di Mangga Dua, Jakarta, dengan modal uang tabungan pas-pasan sebesar Rp 250 ribu. Di hari Minggu pagi, "Saya jual di lapangan Gasibu, Bandung. Hanya 1-2 jam, dagangan sudah habis," kenang Sonya.
Minggu berikutnya, ia kembali berjualan, hanya saja dengan modal lebih banyak hasil pinjam orangtuanya. Lagi-lagi laris manis. Sekitar 3 bulan, Sonya berjualan. Kesibukan membuat skripsi dan ujian membuatnya terpaksa berhenti. "Sebenarnya sayang sekali. Terakhir kali jualan, saya sudah dapat untung Rp 2,5 juta. Wah, senang, saya bisa beli HP sendiri," katanya senang.
Setelah menikah dan tinggal di Jakarta, tahun 2005 Sonya bertemu dengan temannya yang punya pabrik boneka. Awalnya ia mengambil boneka dari sang teman kemudian menjualnya lewat blog beralamat http://bonekaku.blogspot.com. Ternyata, usahanya makin berkembang. Stok yang tersedia sudah tidak mencukupi permintaan pesanan. Ia pun berniat memproduksi sendiri.
Tahun 2008, ia memulai memproduksi sendiri bermodal 4 mesin jahit dan 4 karyawan. Seiring usaha yang semakin berkembang, karyawannya sudah tambah jadi 7. "Masih produksi rumahan, kok. Tanpa saya sengaja, pelanggan tetap saya kebanyakan berasal dari berbagai perusahaan. Mulai dari Jakarta sampai luar kota, bahkan luar pulau. Saya belum menyanggupi permintaan pasar retail karena armadanya belum cukup. Sekarang saja sudah kewalahan. Rencananya, dalam waktu dekat kami akan jual ke pasar yang lebih luas."
Sonya menjual boneka dengan harga beragam mulai Rp 5 ribu - Rp 450 ribu, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. "Rata-rata, sih, besarnya 25 - 30 cm. Saya pernah bikin boneka beruang dengan tinggi 175 cm dan lebar 1 meter, bentuknya beruang. Ini pesanan khusus," kata Sonya yang menjalankan bisnis bersama suaminya, Rony Anggono Oktaviano (33). Sonya pun optimis usahanya makin berkembang.
Henry Ismono