Nurul Pulang Terbungkus Peti Jenazah (2)

By nova.id, Selasa, 2 Februari 2010 | 00:09 WIB
Nurul Pulang Terbungkus Peti Jenazah 2 (nova.id)

Nurul Pulang Terbungkus Peti Jenazah 2 (nova.id)

"Kedatangan Jenazah Nurul (Foto: Edwin) "

Apa yang sesungguhnya terjadi pada Nurul? Semuanya masih serba misterius. Awalnya, agen tenaga kerja yang mendatangkan Nurul ke Malaysia mendapat telepon dari majikan Nurul yang mengabarkan Nurul sakit. Sampai di rumah majikan Nurul di kawasan Melaka, agen tersebut menemukan Nurul sudah tidak berdaya dengan luka lebam di wajah dan tubuhnya. Nurul lalu dibawa ke KBRI yang jaraknya sekitar 2 jam perjalanan dari rumah tempat Nurul bekerja. Di tengah perjalanan, karena sudah menimbulkan bau tak sedap, jenazah Nurul dipindahkan ke bagasi mobil berwarna merah milik agen tenaga kerja tersebut. Setelah tiba di KBRI, petugas langsung membawa jenazah Nurul ke RS Kuala Lumpur untuk diotopsi dan dibuatkan laporan polisi. Dari situ terungkap, Nurul tewas akibat penganiayaan.

Kisah tragis kematian Nurul, membuat Nasir tak bisa membayangkan kesengsaraan sang kakak sebelum menemui ajalnya. Dari info yang diperolehnya, jasad Nurul ditemukan di dalam bagasi sebuah mobil yang terparkir di dekat RS. "Terakhir saya dengar, pihak kepolisian Malaysia sudah menahan enam orang. Di antaranya, majikannya, pasangan Krishnan-Lechumi, serta dua orang agen yang membawa jenazah Nurul. "Kalau soal alasan dan bagaimana kakak saya disiksa, saya enggak tahu. Semuanya sudah ada yang mengurus. Saya hanya mengurus kepulangan kakak saya ke Indonesia."

Kesedihan yang lebih mendalam, dirasakan ibunda Nurul, Nurainun (52). Perempuan ini hanya bisa terduduk lemas ditemani anak sulungnya, Suhenni (32). "Kami masih tidak bisa menerima kenyataan ini. Tidak menyangka ada orang yang tega melakukan ini ke anak kami. Badan ini seperti dikoyak-koyak mendengar Nurul tewas," kata Nurainun sehari sebelum jenazah putrinya tiba.

Dulu, kata Nurainun, saat Nurul ingin kerja di Malaysia, ia tak setuju. "Tapi dia terus saja minta izin. Katanya, mau membahagiakan saya dan membangun rumah ini supaya bagus. Akhirnya, Februari tahun lalu saya izinkan." Dibantu Kantor Agen Tenaga Kerja di daerah Batu Bara, 1 Februari 2009 silam resmi sudah Nurul bekerja di Malaysia. "Sebulan kemudian, Nurul sempat menelepon saya. Dia bilang, enggak betah bekerja di majikannya yang ini dan ingin pindah. Katanya, kebetulan ada keluarga lain yang perlu dan kelihatannya baik."

Pada sang bunda, Nurul juga berucap, hanya akan menjadi TKI setahun saja. "Kalau sudah dapat uang banyak, mau pulang. Bolak-balik dia bilang, mau bikin saya senang," tutur Nurainun sambil terisak. Nurul, katanya, anak yang baik. "Dia enggak pernah mau menyusahkan keluarga. Semua warga sini menyayanginya karena dia memang baik dan mudah bergaul."

Tamat SD, Nurul tak melanjutkan sekolah karena ingin membantu ibunya berdagang makanan di depan jalan rumahnya. Nurul, lanjut sang ibu, juga manja. Meski sudah besar, "Dia paling suka memeluk atau menyandarkan tubuhnya ke saya. Kepada anak kecil juga sangat baik. Kalau pergi ke mana-mana, pulangnya selalu bawa mainan buat keponakan-keponakan dan anak-anak tetangga."

Nyawa Bayar Nyawa

Satu hal yang hingga kini disesalkan Nurainun, "Sejak Nurul memutuskan untuk pindah kerja, dia seperti memutuskan komunikasi dengan keluarga. Tak ada lagi kontak. Saya jadi khawatir." Kebetulan anak lelakinya, Nasir, juga berada di Malaysia. "Saya selalu minta Nasir mencari keberadaan Nurul. Ke agen yang memberi kerja pun, saya selalu minta supaya bisa menghubungi Nurul. Siapa yang enggak khawatir?" ucapnya.

Sampai kemudian sebuah kabar buruk diterimanya. "Memang benar, dia hanya setahun di Malaysia," tukas Nurainun sambil kembali menangis. Suhenni yang duduk di sampingnya langsung memeluk tubuh Nurainun untuk menenangkannya. "Semua impian Nurul hancur sudah," sambung Suhenni. "Tak ada harapan lain kecuali membahagiakan keluarga. Sampai umur segini saja, dia belum pernah punya pacar atau menyampaikan niat untuk menikah," ungkap Suhenni.

Ucapan Nurul benar. Dia hanya setahun di sana. Sayangnya, ia kembali tanpa nyawa. "Keluarga hanya berharap agar hukum dijalankan dengan adil. Semoga pelakunya dapat hukuman yang setimpal, yaitu hukuman mati. Nyawa dibalas dengan nyawa!" kata Suhenni.

Edwin Yusman F