Babe, tutur Budi, merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya, Basar, seorang tukang cukur dan petani. Ibunya, Mbok Bothok, juga petani. Sambudi, kakak Babe yang sudah meninggal, dulu terkenal sebagai juara bulutangkis di desa. Dari lima bersaudara itu, yang masih hidup tinggal Babe dan Daliyah, si bungsu yang tinggal di Jakarta . Menurut Budi, Babe menikah tiga kali. "Yang pertama dengan warga dusun tetangga, lalu bercerai. Dengan istri kedua juga bercerai, sedangkan istri ketiganya meninggal sebelum tahun 2000. Dengan mereka, Paklik tidak dikaruniai anak," ujar Budi yang menduga tiadanya anak itulah penyebab perceraian mereka.
Sedangkan Lilik (53), tetangga babe di desa itu, berkisah, di Mranggen Babe biasa dipanggil Bungkik, lantaran tubuhnya kecil dan pendek. Bungkik, katanya, sopan dan ramah. "Sekolahnya di madrasah dan sering tinggal kelas. Cuma sampai kelas 4 SD lalu berhenti." babe kecil, katanya, sering mengumandangkan azan di mesjid desa.
Belakangan, kata Lilik, Babe mengadu nasib ke Jakarta. "Setelah itu, saya tidak tahu lagi kesehariannya. Yang saya lihat, kalau pulang selalu pakai penutup kepala seperti blangkon atau baju serba hitam. Pokoknya, aneh-aneh. Dulu, kalau mudik juga rajin belanja minyak tanah ke warung saya untuk dibawa ke Jakarta. Katanya, harga di sini lebih murah."
Tetangga Babe lainnya, Isna (20), malah lega setelah tahu kasus Babe. "Dari dulu saya selalu menolak tiap Babe mengajak adik saya, Slamet (12), kerja di Jakarta. Tiap pulang ke desa, Babe selalu membujuk supaya saya mengizinkan Slamet ikut dia. Tapi saya larang," ujar ibu satu anak ini. Isna megaku tak bisa membayangkan, bagaimana nasib adiknya jika dibawa Babe. Apalagi, Rabu (20/1) silam, kerangka salah satu korban Babe, Ardi, ditemukan setelah dilakukan penggalian sesuai petunjuk Babe.
Dari desanya, Babe dan polisi ke Purworejo. Di kota ini, Babe mengaku pernah membunuh dan membuang salah satu korbannya. Babe memang luar biasa mencengangkan.Hasuna Daylailatu