Gus Dur di Mata Sang Istri

By nova.id, Rabu, 6 Januari 2010 | 02:58 WIB
Gus Dur di Mata Sang Istri (nova.id)

Gus Dur di Mata Sang Istri (nova.id)

"Shinta Nuriyah, istri alm. Gus Dur (Foto: Dok. Nova) "

Shinta Nuriyah menuturkan, kenangan tak terlupakan selama menikah dengan Gus Dur adalah ketika ia melahirkan anak-anak mereka. Semasa anak-anak baru lahir, Gus Dur rajin menggantikan popok mereka ketika mereka terbangun dan rewel di tengah malam.

"Setelah itu, barulah Bapak menyerahkannya pada saya untuk saya susui. Setelah bayinya tertidur, Bapak akan mengambilnya dan meletakkannya di tempat tidur." Rupanya, masih teringat pula dalam benak Shinta, Gus Dur suka memasak sejak sekolah. Namun, ketika ia menikah kebiasaan itu jarang dilakukannya lagi, lantaran sudah berbadan gemuk.

Selama menikah itulah, mereka berbagi tugas. Gus Dur lebih suka mengerjakan tugas rumah yang berhubungan dengan air, misalnya mengepel, sementara Shinta yang menyapu. Kalau Gus Dur memilih mencuci baju, Shinta yang menyetrika. Sedangkan kalau Gus Dur memilih mencuci piring, Shinta yang memasak.

Di mata Shinta, Gus Dur tak pernah mengeluhkan sakit. "Namun menjelang wafat, Gus Dur mengeluhkan sakitnya," kata Shinta. Saat Gus Dur mengembuskan nafas terakhir, menurut Shinta, saat itu pria berusia 69 tahun itu sedang dianestesi, lantaran dokter melakukan operasi karena ada pembekuan darah di paha. "Kami hanya melihat dari layar monitor."

Sementara, menurut Fariz, suami Yenni, Gus Dur sempat mimpi dipanggil kakeknya (Hasyim Asy'ari, Red) di Jombang. Mungkin itu yang membuat Gus Dur Kamis (24/12), Gus Dur mengunjungi makam kakeknya. Di kota kecil ini ia sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit. "Pada salah satu saudara, Bapak bilang akan datang lagi pada Kamis malam Jumat tanggal 31 Desember nanti," ujar Fariz yang biasanya mengobrol dengan ayah mertuanya sepulang kantor.

Tak dinyana, ucapan Gus Dur memang menjadi kenyataan. Namun kepulangan Gus Dur yang bertepatan dengan hari ulang tahun Inayah, anak bungsunya, ke Tebuireng ini ternyata untuk dimakamkan. Yang diingat Fariz, "Biasanya Bapak kalau telat cuci darah kulitnya tampak hitam. Tapi kali ini dia tampak bersih dan putih," imbuh pria yang merasa sangat kehilangan.Hasuna